Enam mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) yang tergabung dalam dua tim di bawah bimbingan dosen FTUI, Achmad Riadi ST MEng PhD, merancang Kapal Ambulans Autonomous dan Kapal Rumah Sakit sebagai kapal medis transportasi jalur laut untuk penanganan pasien di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal).
Rancangan kapal medis tersebut berhasil meraih juara 1 dan 2 pada ajang Lomba Desain Inovasi Kapal Kesehatan sebagai rangkaian dari Kompetisi Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN) 2020 yang diadakan Pusat Prestasi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), pada 5–7 November 2020.
Penghargaan juara pertama diraih Tim Flying Dutchman yang terdiri atas Fadhil Nurrohman, Zahra Syahrika, dan Satria Bagas, mahasiswa Program Studi Teknik Perkapalan 2017, dengan rancangan Kapal Ambulans Autonomous bernama WARAS-19 (Water Ambulance Renewable Energy with Autonomous System). Kapal ini merupakan transportasi jalur laut untuk penanganan dan pemindahan pasien Covid-19 dari pulau yang fasilitas kesehatannya yang kurang memadai, ke pulau yang memiliki fasilitas kesehatan memadai.
“Desain kapal ambulans ini memanfaatkan beberapa inovasi untuk memaksimalkan kinerja, seperti sistem propulsi yang menggunakan motor elektrik dan berbahan bakar hidrogen, autonomous partial, solar panel sebagai sumber tenaga beberapa instalasi pada kapal, dan ramp untuk proses beaching jika kapal diharuskan merapat pada area yang tidak dilengkapi dermaga. Untuk keamanan, kapal dibagi menjadi dua bagian, yaitu green zone (daerah steril) untuk tenaga medis dan red zone (daerah pasien),” ujar Fadhil menjelaskan rancangan kapal WARAS-19.
Berikutnya, Tim Navire Medical yang terdiri atas Arief Kurniawan, Aisyah Aulia, dan Iko Septiyahardi, mahasiswa Program Studi Teknik Perkapalan FTUI 2018, meraih juara kedua dengan desain Kapal Rumah Sakit yang diberi nama MAKARA-19. Kapal ini didesain untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit terapung dalam penanganan Covid-19 pada daerah 3T, serta untuk menangani bencana maupun penyaluran bantuan kemanusiaan lainnya. Uniknya kapal ini juga didesain untuk dapat diakses berbagai kendaraan medis lainnya, seperti mobil ambulans, kapal ambulans, dan helikopter.
“Kapal rumah sakit didesain dengan panjang 130 meter, lebar 22,5 meter, dan tinggi sarat air 7 meter. Dilengkapi dengan 72 ruang isolasi, 8 kamar ICU, 3 ruang operasi dan pelayanan umum seperti apotek dan laboratorium, serta UGD khusus Covid-19 dan UGD umum, serta robot patient service untuk mengantar logistik kebutuhan pasien dalam ruang isolasi. Untuk sistem kelistrikan, kapal ini menggunakan mesin diesel dan dibantu dengan panel surya dan turbin angin yang dapat menghasilkan daya hingga 200 kw setiap harinya yang secara ideal dapat menghemat biaya bahan bakar kelistrikan sebesar 27 persen,” kata Arief menguraikan desain kapal MAKARA-19.
Sistem kemudi kedua kapal ini dirancang menggunakan kemudi otomatis tahap 2 menurut IMO (International Maritime Organization), sehingga kapal dapat bergerak secara otomatis dengan pantauan kru kapal di dalamnya. Tim juga menggunakan algoritma machine learning dalam pengambilan keputusan ketika kapal berlayar berdasarkan data yang didapatkan dari sensor radar, lidar, GPS, sonar, anemometer, dan lainnya.
Dosen pembimbing tim tersebut, Achmad Riadi, mengatakan, kedua kapal didesain dengan memanfaatkan Internet of Things (IoT) untuk meminimalisasi kontak fisik antara tim medis dan pasien tanpa mengurangi pelayanan kesehatan, seperti smart door, patient monitoring system, dan smart light room. IoT juga dimanfaatkan untuk memantau keadaan pasien yang dihubungkan dengan aplikasi di gawai pintar para tenaga medis.
“Kedua kapal juga dilengkapi dengan sistem tata udara yang baik untuk menghindari penyebaran virus melalui udara, serta peralatan medis standar untuk ambulans dan unit stretcher ambulans otomatis. Saat ini, kami sedang menjajaki peluang untuk memproduksi Kapal Ambulans dengan berkolaborasi bersama rekan di Fakultas Kedokteran UI,” kata Achmad.
Akses kesehatan yang terbatas serta minimnya fasilitas medis yang dapat menjangkau daerah-daerah di Indonesia, menjadi tantangan tersendiri dalam penanganan pandemi Covid-19. Melalui rancangan karya mahasiswa UI ini, diharapkan turut membuka peluang dan memberikan solusi atas penanganan pasien Covid-19 di daerah 3T Indonesia.