“Dalam perjalanan panjang mengunjungi beberapa kota dan desa, saya melihat potensi pariwisata sangat besar, antara lain pariwisata berbasis kebudayaan, alam, dan arsitektur tradisional. Potensi lain yang akan mendukung pengembangan dan pembangunan semua potensi-potensi tersebut adalah budaya gotong royong. Pemerintah atau lembaga lain yang terkait, perlu juga memberdayakan budaya gotong royong ini untuk membangun daerahnya,” ujar Prof Antony, Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI).
Dalam riset yang dilakukan sejak tahun 2000, Prof Antony membedakan antara definisi desa dan kampung. Menurutnya, desa adalah pemukiman tradisional yang tidak padat, yang mayoritas pekerjaan penduduknya di sektor agrikultur. Sementara itu, kampung adalah permukiman tradisional yang padat penduduknya, di tengah kota (urban settlement) yang mayoritas pekerjaan warganya di sektor informal, seperti pedagang kaki lima, pedagang gerobak, tukang kebun, tukang parkir, asisten rumah tangga, pramu kantor, dan masih banyak yang tidak memiliki pekerjaan menetap atau serabutan.
Lebih lanjut Prof Antony menyampaikan, berbagai daerah di Indonesia khususnya kota-kota kecil yang mayoritas warganya bekerja di sektor agrikultur, gagasan gotong royong lebih banyak digunakan dalam kegiatan pertanian, mengolah sawah, dan ladang. Seperti marsirimpa/ marsiadapati/ marsiurupan di suku Batak, hampir sama dengan Ngayah (Bali), Baugingan atau Baarian (Kalimantan Selatan), Belale di Sambas dan Paleo di Krayan (Kalimantan Timur). Mulanya, konsep gotong royong pada daerah tersebut memang lebih banyak dilakukan dalam hal bekerja sama mengolah sawah dan kebun. Kemudian, gotong royong berkembang menjadi kerja sama tolong menolong di bidang yang lain, seperti membangun rumah, membangun irigasi, sumber air, bencana alam, dan kebutuhan bersama lainnya.
Selain itu, gotong royong menjadi kunci dalam penataan dan pembangunan desa-desa di daerah-daerah yang rawan bencana, seperti di dataran tinggi, di tepi pantai, tepi danau, di tepi sungai dan lain-lain. “Salah satu contoh adalah desa yang terletak di kaki Gunung Sumbing di ketinggian 1800 meter di atas permukaan laut, yaitu desa Dusun Butuh atau yang lebih dikenal sebagai Nepal van Java, kabupaten Magelang. Semua rumah-rumah dan fasilitas umum lainnya dibangun di lereng yang sangat curam. Setiap rumah berada di atas atau di bawah rumah lainnya. Jalan setapak yang sempit yang hanya dapat dilalui motor berfungsi juga sebagai teras rumah-rumah. Desa ini direncanakan dan dibangun dengan pengetahuan kearifan lokal dan gotong royong warga yang diwariskan secara turun temurun,” kata Prof Antony.
Prosesi pengukuhan guru besar dipimpin oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro tersebut disiarkan secara virtual melalui kanal Youtube Universitas Indonesia dan UI Teve. Pada prosesi ini turut dihadiri Staf Khusus Kantor Staf Presiden, Ir Arief Budhy Hardono; Wakil Walikota Depok, Ir Imam Budi Hartono, MSi.; Scholarship Team Coordinator Nuffic Nesso Indonesia, Ir Indy Hardono, MBA; Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Periode 2022–2025, Dr Ir Didit Hidayat A Ratam, MBA.; Wakil Rektor IV Bidang Penelitian dan Kemahasiswaan Telkom University Bandung, Dr Ir Rina Pudjiastuti, MT.; dan Kapusdiklat Bela Negara Badiklat Kemhan RI, Brigadir Jenderal TNI Ketut Gede Wetan Pastia, SE.
Prof Antony berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik UI, pada 1984. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan magister dan doktornya di The University of Melbourne, Australia dengan gelar Master of Planning and Design, Faculty of Architecture, Planning, and Building (1997) dan Philosophy of Doctor (Ph.D) in Urban Planning and Design, Faculty of Architecture, Planning and Building (2005).
Beberapa karya ilmiahnya dalam beberapa tahun terakhir, di antaranya Houses With Permeable Walls, A Case Study from Kampong Kwitang, Centra Jakarta, The International Journal of Design in Sociaty (2022), Combinatory Spatial Strategis in Home-based Enterprises in Kampung Muka, North Jakarta, The International Journal of Architectonic, Spatial, and Environmental Design (2022), Accessibilty and Permeability in Transit Area. Case Study in Jakarta-Depok Train Station, EVERGREEN Joint Journal of Novel Carbon Resource Sciences & Green Asia Strategy (2022), Avoiding Jakarta: The Housing Preferences Trend of Low-income People in the Suburban Greater Jakarta Metropolitan Area, The International Journal of Design in Sociaty (2002), dan The Role of Millennial Urban Lifestyles in the Transformation of Kampung Kota in Indonesia, Environment and Urbanization ASIA (2020).