Turut hadir dalam webinar tersebut Kepala UPT K3L UI Dr Ir Sjahrul M. Nasri, M.Sc. dan narasumber ahli dalam bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI (FKUI), Prof Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) dan Dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI, Dr Dra Ratna Yuniati, MSi.
UI menerapkan kawasan tanpa asap rokok yang telah berjalan selama 10 tahun didukung dengan terus melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada warga UI. Bahkan larangan merokok di tempat umum terlihat dengan adanya stiker di berbagai lokasi sekitar kampus UI. “Melalui webinar ini diharapkan mampu memberikan pemahaman baru bagi para perokok untuk dapat lebih mengutamakan kesehatan serta pemanfaatan tembakau untuk kehidupan selain rokok ” ujar Dr Sjahrul dalam sambutannya.
Pada pemaparan berjudul Pemahaman Secara Logis dan Ilmiah Risiko Kesehatan Dari Rokok dan Manfaat Berhenti Merokok, Prof Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) menjelaskan bahwa tidak ada “batas aman” atau tanpa risiko pada paparan asap rokok. “Baik secara berpikir logis dan bukti-bukti ilmiah, rokok mengandung berbagai senyawa yang memberikan dampak negatif bagi kesehatan tubuh seperti, serangan jantung, kanker paru-paru, gagal jantung, dan
lain-lain. Berhenti merokok dapat memberikan dampak positif terhadap angka harapan hidup, perbaikan gejala, serta penurunan risiko berbagai penyakit dan kematian akibat rokok,” ujar Prof Agus.
Sementara dari perspektif lingkungan, Dr Dra Ratna Yuniati, MSi mengatakan bahwa manfaat tembakau kini lebih mengarah pada kemampuan signifikan dalam ilmu tanaman dan bioteknologi di bidang ilmiah, seperti bidang genetika, fitopatologi, fotosintesis, nutrisi, dan pertumbuhan tanaman. Semua bagian dari pohon tembakau dan limbah tembakau dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, seperti diolah menjadi energi dan bahan bakar ramah lingkungan nabati atau biofuel, bahan bakar biopestisida, bahan bio-briket, hingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk olahan kertas, bioetanol, dan bioplastik.
“Tembakau tidak selalu mengenai rokok, keunggulan pestisida organik dari olahan limbah tembakau, cenderung lebih ramah lingkungan dengan bahan baku yang mudah diperoleh dan pembuatannya cukup sederhana. “Dengan memanfaatkan pestisida nabati tersebut, diharapkan peranan tembakau sebagai bahan alami dapat menekan jumlah hama yang meningkat, sehingga penggunaan pestisida kimia dapat dikurangi,” ujar Dr Ratna yang juga dosen di Departemen Biologi FMIPA UI.