Pada kesempatan itu, Dekan FHUI Dr Edmon Makarim SKom SH LLM mengatakan, diskusi ini penting dilakukan untuk mengeksplorasi potensi teknologi digital dalam mewujudkan SDGs. “Revolusi digital atas peluang-peluang yang belum pernah ada sebelumnya membuat tantangan global baru. Teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan banyak hal, mulai dari smart city, solusi energi jernih, hingga pertanian berkelanjutan, tetapi juga harus diimbangi dengan keamanan, keselamatan, dan privasi,” ujar Dr Edmon.
Potensi penggunaan teknologi digital memiliki beberapa implikasi bagi perkembangan ekonomi digital, termasuk di ASEAN. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dr Ir Mohammad Rudy Salahuddin MEM menyebutkan bahwa pada 2022, nilai ekonomi digital ASEAN mencapai 194 miliar dollar AS dan diperkirakan akan meningkat hingga 1 triliun dollar AS pada tahun 2030. Pencapaian tersebut akan membantu ASEAN menjadi ekonomi digital terdepan di dunia.
Menurut Dr Rudy, berbagai capaian transformasi ekonomi digital merupakan langkah strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi pembangunan berkelanjutan. “Untuk mencapai 17 target SDGs, digitalisasi memainkan peran penting dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembangunan berkelanjutan di berbagai industri. Teknologi digital berkontribusi pada semua target SDG, terutama pada pilar SDG 9, yaitu Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. Infrastruktur serta layanan teknologi informasi dan komunikasi yang efisien dan terjangkau dapat mendorong negara-negara untuk meningkatkan daya saing dan kemakmuran ekonomi,” kata Dr Rudy.
ASEAN Executive Director Dr Piti Srisangnam menyampaikan bahwa teknologi digital telah menjadi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan saat ini dan telah mengubah cara masyarakat menjalankan bisnis dan meningkatkan komunikasi. Akan tetapi, kemajuan ini belum dimaksimalkan dan kawasan ASEAN global dan Asia Tenggara belum sepenuhnya menyadari potensi pertumbuhan dan inklusi yang berkelanjutan ini. Dalam konteks ASEAN, digitalisasi masih menjadi isu yang signifikan.
“Saat ini, sekitar setengah dari penduduk ASEAN kekurangan konektivitas, bahkan jumlah ini lebih tinggi di daerah pedesaan. Hal itu sering terjadi karena keterbatasan infrastruktur dan sumber daya. Namun, masalah ini tidak hanya dipengaruhi oleh akses komunikasi, tetapi juga oleh implikasi politik. Mereka yang tertinggal berada pada posisi yang kurang menguntungkan dalam hal akses informasi, kesempatan kerja, dan banyak hal. Oleh karena itu, semua warga negara harus dipastikan memiliki akses yang sama ke teknologi digital dan sumber daya untuk pembangunan sosial ekonomi,” ujar Dr Piti.
Sementara itu, President Director Microsoft Indonesia Dharma Simorangkir mengatakan, ASEAN sebagai bagian dari the Global South memiliki potensi besar untuk tumbuh secara berkelanjutan dan inklusif, serta berpotensi menjadi salah satu kekuatan dunia. Pertumbuhan berkelanjutan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan ekonomi digital yang berbasis teknologi. Terkait potensi teknologi digital ini, pada acara tersebut, dihadirkan pula beberapa narasumber yang membahas materi terkait peran teknologi digital dalam implementasi SDGs, peran kecerdasan buatan (AI) generatif dan keamanan siber dalam implementasi SDGs, serta tantangan implementasi SDGs dan penguatan kemitraan di ASEAN dan Global South.
Diskusi tentang “The Role of Digital Technology in SDGs Implementation” disampaikan oleh Regional Vice President and Chief Legal Counsel Microsoft Asia, Mike Yeh; Staf Ahli Bidang Transformasi Digital, Kreativitas dan Sumber Daya Manusia Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dr Rizal Edwin Manansang Ak MSc; Direktur Pemberdayaan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika Dr Ir Bonifasius Wahyu Pudjianto MEng; dan Vrije Universiteit Amsterdam Dr. Anna Bon, Researcher in ICT4D.
Topik “The Role of Generative AI and Cyber Security in SDGs Implementation” dipresentasikan oleh Ketua Umum Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial Prof Dr Ir Hammam Riza; Direktorat Keamanan Siber dan Sandi Pemerintah Daerah Badan Siber dan Sandi Negara Dwi Kardono SSos MA.; pengajar FHUI Dr Brian Amy Prastyo SH MLI LLM; Director of National Technology Microsoft Indonesia Panji Wasmana; dan Member of the Board of Trustees, CyberguardiansPh Genalyn Macalinao.
Untuk topik “SDGs Implementation Challenges and Strengthening Partnership in the ASEAN and Global South”, pembicara yang hadir, yaitu Regional Director Corporate External and Legal Affairs Microsoft Asia Pacific Dr Jasmine Begum; pengajar FHUI Arie Afriansyah PhD; Direktorat Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Endah Kartika Lestari; dan Group CEO of Biji-biji Initiatives Rashvin Pal Singh.
Diskusi yang diikuti oleh para pembuat kebijakan, praktisi pembangunan, organisasi masyarakat sipil, akademisi, dan pelaku sektor swasta ini mengeksplorasi isu-isu kebijakan utama, peluang, dan tantangan terkait dengan digital untuk pembangunan serta mengidentifikasi strategi untuk memanfaatkan potensi teknologi untuk memajukan SDGs. Hasil dari diskusi ini akan dituangkan dalam bentuk policy brief yang bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pembuat kebijakan dalam mengoptimalkan peluang teknologi digital untuk kemajuan masyarakat di kawasan selatan.
Baca juga:
Satu Lagi Jurnal FHUI, Indonesian Law Review (ILRev) Terindeks Scopus