Dalam pidatonya, Prof Farida menyampaikan bahwa pendidikan inklusif merupakan pendekatan yang memastikan bahwa semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK), mendapatkan akses ke pendidikan yang setara melalui kelas reguler dengan dukungan yang sesuai. Sejak dikeluarkannya Pernyataan Salamanca oleh UNESCO pada 1994, pendidikan inklusif dianggap sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hak asasi manusia dan kesetaraan kesempatan, serta menjadi tujuan utama kebijakan negaranegara di dunia, termasuk Indonesia.
Prof Farida menyatakan, terdapat beragam upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan keberhasilan pendidikan inklusif. Praktik ini mempertimbangkan dua faktor utama, yaitu faktor sekolah dan faktor peserta didik. Menurutnya, keluarga, pendidik, dan teman sebaya memiliki peran utama dalam mendukung keberhasilan implementasi pendidikan inklusif di institusi pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini sampai jenjang pendidikan tinggi.
“Keluarga memegang peranan penting dalam kehidupan ABK. Orang tua adalah advokat utama bagi anak, dengan memperjuangkan hak-hak anak mereka untuk mendapatkan pendidikan inklusif yang berkualitas. Orang tua terlibat dalam pendidikan anak mereka, serta menjadi sumber dukungan emosional, sosial, dan informasional bagi anak. Sayangnya, ada beberapa tantangan yang dialami keluarga, seperti kurangnya pemahaman terhadap kebutuhan khusus, tekanan dari stigma sosial, kesulitan mengelola waktu dan energi untuk mengasuh ABK, serta keterbatasan sumber daya dan dukungan sosial,” kata Prof. Farida
Selain keluarga, pendidik memiliki peran yang signifikan karena mereka memiliki tanggung jawab utama dalam memberikan pendidikan bagi semua peserta didik di sekolah atau kampus. Pada kenyataannya, kebanyakan pendidik tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang pendidikan khusus. Beberapa tantangan lain yang dihadapi pendidik dalam pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus adalah kurang percaya diri, bersikap negatif, serta kurang terampil dalam menggunakan strategi pengajaran yang tepat.
Kehidupan ABK dalam pendidikan inklusif juga tidak lepas dari peran peserta didik lain sebagai teman sebaya mereka. Menurut Prof. Farida, teman sebaya di pendidikan inklusif memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan sosial, emosional, dan akademik peserta didik berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, upaya serius perlu ditujukan untuk mengatasi sikap negatif teman sebaya terhadap ABK. Adanya penerimaan teman sebaya mampu meningkatkan partisipasi sosial dan pencapaian akademik peserta didik berkebutuhan khusus dalam kelas inklusif.
Penelitian Prof Farida memberikan landasan yang kuat untuk menentukan arah pembelajaran dan tindakan di masa depan dalam rangka mewujudkan sistem pendidikan inklusif yang lebih kuat di Indonesia. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran keluarga, pendidik, dan teman sebaya adalah mereformasi nilai pendidikan sehingga mendorong pendidikan inklusif; peningkatan pengetahuan mengenai kebutuhan khusus dan pendidikan inklusif; penguatan dukungan sumber daya; dan kolaborasi dari setiap pihak yang terlibat dalam pendidikan inklusif.
Penelitian terkait pendidikan inklusif untuk anak berkebutuhan khusus ini merupakan satu dari penelitian lain yang dilakukan oleh Prof Farida. Beberapa penelitiannya, antara lain Teaching for Fostering Creativity in Higher Education for Facing The Global Competition: A Systematic Literature Review (2023); A Systematic Literature Review on Career Adaptability among Adolescents (2023); dan Literacy Skills Intervention Program in Preschoolers with Speech Sound Disorder (2023).
Prof Farida menamatkan pendidikan S1 Psikologi UI pada 1991; menyelesaikan Program S2 Educational Psychology, Disability and Inclusive Education di University of Melbourne, Australia, pada 2004; dan memperoleh gelar Ph.D in Educational Psychology, Disability and Inclusive Education di University of Groningen, Belanda pada 2014. Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Program Studi Psikologi Terapan Program Magister FPsi UI.
Prosesi pengukuhan guru besar Prof. Farida turut dihadiri oleh Guru Besar dan Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Siti Nurul Azkiyah, MSc, PhD; Professor at the Department of Work and Organizational Psychology at the Erasmus University Rotterdam, The Netherlands, Prof Dr Dimitri van der Linden; Kepala Pusat Psikologi (Kapuspsi) TNI, Laksda TNI Dr Wiwin D Handayani, MSi, Psikolog; Wakil Dekan II Fakultas Psikologi Universitas Pancasila, Dr Ayu Dwi Nindyati, MSi, Psikolog; dan Wakil Direktur Eksekutif 2 Kadin Indonesia, Sri Wahyuningsih.