Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan pertemuan dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terkait rancangan pengembangan dan internasionalisasi program pendidikan vokasi di Indonesia, pada Jumat (23/6/2023). Pertemuan tersebut dihadiri Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Dr Ir Kiki Yuliati MSc; Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Dr Beny Bandanadjaja ST MT; disambut oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI Prof Dr rer nat Abdul Haris MSc di Pusat Administrasi Universitas, Kampus UI Depok, Jawa Barat.
Prof Haris dalam sambutannya menyampaikan, Program Pendidikan Vokasi merupakan jenjang pendidikan vokasional di UI yang secara resmi didirikan sejak 2008. Menurut Prof Haris, pendidikan vokasional diharapkan dapat lebih atraktif dan menjadi andalan bagi calon mahasiswa di perguruan tinggi. “Kami berharap dengan pertemuan dengan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek ini dapat memperkenalkan secara mendalam tentang pendidikan vokasional, serta branding yang perlu dilakukan agar menjadi sesuatu hal yang menarik bagi siswa sekolah,” ujar Prof Haris.
Turut hadir bersama dengan Prof Haris, Kepala Badan Penjaminan Mutu Akademik UI Prof Sri Hartati Dewi Reksodiputro PhD; Direktur Pendidikan UI Dr Ir Anak Agung Putri Ratna MEng; Direktur Kemahasiswaan UI Dr Badrul Munir ST M.Eng; Kepala Center for Independent Learning UI Fransiskus Astha Ekadiyanto ST MSc; Kepala Kantor Penerimaan Mahasiswa Baru UI Dr Gunawan ST MT; Wakil Direktur Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan Vokasi UI Deni Danial Kesa MBA PhD; Wakil Direktur Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi Umum Vokasi UI Priyanto SS MHum; Sekretaris Program Vokasi UI Dyah Safitri SIPI MHum; serta dosen dan mahasiswa Vokasi UI.
Dalam pertemuan tersebut, Dr Ir Kiki menyampaikan, salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia adalah beban pembiayaan layanan publik yang ditanggung oleh pekerja usia produktif yang semakin sedikit jumlahnya. Selain itu, kualitas angkatan kerja di Indonesia pun masih sangat lemah dibandingkan kompleksitas tantangan pekerjaan masa kini dan masa depan.
Menurut Dr Ir Kiki, pendidikan vokasional yang berkualitas dapat menjadi strategi dan peluang bagi Indonesia untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut. Ia menambahkan, karakteristik pendidikan vokasi restruktur, tetapi fleksibel, kekinian, terjangkau, serta memiliki aksesibilitas yang lebih mudah. “Pendekatan pembelajaran pendidikan vokasi dengan skema link and match dan work based learning mulai banyak digaungkan oleh berbagai penyelenggara pendidikan vokasional di Indonesia demi mendorong transformasi pendidikan,” ujar Dr Ir Kiki.
Hal ini sejalan dengan program yang dijalankan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, seperti Praktisi Mengajar, peningkatan kompetensi dosen vokasi, link and match dengan industri, keterlibatan dalam Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka (Kedaireka), dan lainnya. Program internasionalisasi pun dapat menjadi peluang bagi pendidikan vokasional untuk meningkatkan kualitasnya.
“Kami terus berupaya untuk menyediakan program internasionalisasi bagi pendidikan vokasional, seperti program joint degree, dual degree, pengusulan pendanaan program fast track melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk 2024, serta internship internasional,” kata Dr Ir Kiki.
Ia juga menyampaikan bahwa fokus dan sasaran pendidikan tinggi vokasional melalui Indikator Kinerja Utama (IKU) mencakup tiga dimensi, yakni kualitas lulusan, dosen, serta kurikulum dan pembelajaran.