Jenis koneksi perawatan mahkota tiruan penuh dukungan implan dapat dibagi menjadi cement retained dan screw retained. Cement retained mempunyai kelebihan seperti mudah dalam pemasangan, bentuk mahkota yang estetis, proses laboratorium yang mudah, dan lebih ekonomis. “Namun, kesulitan saat perlunya mahkota tersebut dibuka kembali serta risiko semen yang dapat menginflamasi jaringan peri-implan menjadi alasan implantologis khususnya di
Indonesia, pengguna lebih memilih screw retained”, kata Dr drg Tri Ardi Mahendra yang juga staf Departemen Prostodonsia FKG UI.
Screw retained terbagi menjadi dua yaitu transoklusal dan lateral screw retained. Lateral screw retained mempunyai keuntungan seperti bentuk mahkota yang estetik, dapat mengatasi pada angulasi implan yang kurang baik, dan mendukung oklusi yang lebih baik. Hanya saja jenis koneksi ini tidak popular karena membutuhkan komponen khusus dan hanya dimiliki oleh sistem implan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dengan melakukan penelitian pendahuluan berupa evaluasi pasar terhadap implantologis Indonesia mengenai kebutuhan jenis koneksi secara cross-sectional, dilanjutkan dengan desain dan pengujian coping secara finite element, fabrikasi, pengujian kekuatan jari implantologis, serta percobaan prototipe coping terhadap uji retensi dan uji dinamis menggunakan standar ISO 1480.
Pada penelitian ini dilakukan inovasi modifikasi lateral screw menggunakan abutment cement retained dengan mekanisme locking yang disertai pengkasaran permukaan abutment tanpa melubangi abutment. Penelitian dilakukan dengan desain CAD terlebih dahulu yang selanjutnya dilakukan pengujian dengan metode FEA. Setelah itu, dilakukan survei evaluasi pasar untuk memahami kebutuhan, kecenderungan dari para implantologis di Indonesia dari aspek restorasi mahkota tiruan penuh dukungan implan. Selanjutnya, setelah sesuai dengan respons pasar desain computer-aided, design kami proses menjadi bentuk prototype untuk pengujian mekanik. Selain itu kami juga melakukan pengujian kekuatan jari sebagai referensi besaran torsi screw antara mahkota tiruan penuh dan abutment.
Dr drg Tri Ardi Mahendra mengungkapkan, “Pemilihan jenis koneksi mahkota tiruan penuh terhadap dukungan implan masih menjadi perkembangan dan diharapkan jenis koneksi tersebut dapat bersifat memberikan retensi dan resistensi yang baik, menjaga integritas oklusi, tidak menggunakan semen untuk menghindari resio perimplantitis dan bersifat retrievable”.
Namun, tentu saja pemilihan jenis koneksi mahkota tiruan penuh dukungan implan masih ditentukan berdasarkan preferensi dari dokter yang merawat. Hingga saat ini masih sedikit penelitian khususnya di Indonesia yang berfokus terhadap jenis pemilihan koneksi, preferensi dari para praktisi implan gigi, bahkan mengenai kepuasan dari para praktisi implantologis terhadap variasi jenis koneksi yang tersedia di pasaran saat ini. “Atas dasar alasan ini peneliti
ingin mengembangkan desain coping abutment cement retained yang akan dimodifikasi menjadi koneksi lateral screw retained, sehingga dapat digunakan pada berbagai merk implan”, lanjut Dr drg Tri Ardi Mahendra.
FDCU International Symposium diselenggarakan oleh Faculty of Dentistry, Chulalongkorn University, Thailand, dengan menghadirkan 3 pakar sebagai pembicara kunci yaitu Assistant Profesor Tomoaki Iwayama (Osaka University, Japan), Assistant Profesor Jin Man Kim (Seoul National University, South Korea) & Professor Ling Ya (West China School of Stomatology, Sichuan University) dan didukung 14 Narasumber dari Thailand, Denmark, China, USA, Malaysia, Indonesia & Japan).