Enam mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) merancang Fishrage (Fish Storage), kotak portabel penyimpanan ikan berbasis zeolit, dengan metode pendinginan absorpsi. Fishrage merupakan solusi yang efisien, lebih ekonomis, dan ramah lingkungan untuk menjaga kualitas kesegaran ikan hasil tangkapan nelayan.
Para mahasiswa FTUI ini menggunakan tiga lapisan material pada Fishrage, yaitu polyurethane foam di bagian luar, high impact polystyrene (HIPS) di bagian tengah, serta high density polystyrene (HDPE) di bagian dalam. Mekanisme Fishrage menggunakan metode pendinginan absorpsi, sebuah proses pendinginan yang dilakukan dengan membuka sekat dan kotak pendingin dalam kondisi vakum. Dengan demikian, ruang serap yang mengandung karbon aktif zeolit akan mengabsorpsi molekul air.
Rancangan inovasi Fishrage tertuang dalam paper berjudul “Fish Storage (Fishrage): Zeolite-Based Portable Fish Cooler Box to Maintain the Quality of Fish for Coastal Fisherman” yang diajukan pada dua ajang kompetisi. Berkat rancangannya, Tim FTUI ini berhasil meraih gold medalist, kategori Engineering, Physics, and Energy ISIF 2020, pada ajang International Science and Invention Fair (ISIF) 2020 yang diumumkan pada 9 November 2020. Selain itu, meraih juara pertama dalam ajang Olimpiade Ilmiah Mahasiswa UI, yang diumumkan pada 27 November 2020.
Tim mahasiswa FTUI tersebut terdiri atas Sharon Cecilya (Teknik Kapal angkatan 2019), Ardhanu Adha (T Kapal 18), Muhammad Fakhri Andika (T Mesin 18), Daffari Putri Utami (T Kapal 19), Adinda Diva Sugiarto (T Kapal 19), dan Muhammad Abi Rizky (T Mesin 18). Mereka di bawah bimbingan Prof Dr-Ing Ir Nasruddin MEng, Guru Besar FTUI.
Keunggulan Fishrage, menurut Daffari, adalah performa lebih bagus, lebih ramah lingkungan, biaya perawatan yang lebih murah, serta mekanisme penggunaan yang lebih mudah jika dibandingkan dengan kotak pendingin lainnya yang beredar di pasaran. Fishrage juga ramah lingkungan karena tidak membutuhkan listrik untuk pengoperasiannya.
Selain itu, secara harga produk, Fishrage lebih murah 52–72 persen dibanding kotak pendingin dengan es balok, serta lebih murah 3–4 persen dibandingkan penggunaan pendingin termoelektrik. Fishrage sendiri dapat mempertahankan suhu dalam kotak antara 4 hingga 8 derajat celsius, tanpa terpengaruh faktor eksternal.
Daffari mengatakan, saat ini, sudah terdapat alternatif solusi seperti kotak pendingin berbasis termoelektrik dan metode pendinginan menggunakan es batu, Namun, metode ini belum cukup efisien untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami para nelayan. Sering kali kotak pendingin membebani nelayan kecil dari segi harga dan keefektifan alat tersebut.
“Harga es batu yang digunakan untuk kotak pendingin relatif lebih mahal, sedangkan listrik untuk kotak termoelektrik cenderung mempersulit mobilisasi alatnya. Nelayan juga tidak dapat mengukur suhu secara langsung jika menggunakan kedua alat ini,” Daffari.
Rancangan inovasi yang dipersiapkan Tim FTUI berangkat dari permasalahan yang dihadapi para nelayan Indonesia. Sharon menambahkan, ikan hasil tangkapan para nelayan, cepat mengalami pembusukan sebelum diawetkan di darat. Hal ini, salah satunya, disebabkan belum tersedianya teknologi pendingin ikan yang memadai yang dapat menjaga kesegaran ikan yang ditangkap secara optimal. Permasalahan tersebut kerap memberikan kerugian bagi nelayan sebab kualitas hasil tangkapannya menurun.
“Data Statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan, hampir semua nelayan Indonesia pernah mengalami kerugian senilai Rp 40 juta setiap bulan karena ikan hasil tangkapannya membusuk sebelum sampai di pelabuhan,” ungkap Sharon.
Saat ini, UI berencana akan mengembangkan Fishrage menjadi sebuah prototipe. “Kami berharap inovasi para mahasiswa ini dapat membantu permasalahan yang dialami nelayan dan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan Indonesia ke depannya,” ujar Prof Nasruddin.