Dalam pidatonya Prof. Silvia menyampaikan, salah satu sasaran transformasi sosial dalam mencapai Indonesia Emas 2045 adalah Indonesia Sehat. Di sisi lain, pada 2030 Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi, di mana 68,3 persen dari total penduduk Indonesia berusia produktif. Ia mengatakan, sehat merupakan kondisi yang menyeluruh, dan tidak hanya sebatas ada tidaknya suatu penyakit, tetapi juga sehat secara fisik, mental, dan sosial, serta berlaku untuk sistem reproduksi dan fungsinya.
Lebih lanjut ia mengatakan, gangguan sistem reproduksi yang menyebabkan infertilitas atau yang didefinisikan sebagai ketidaksanggupan pasangan suami istri (pasutri) untuk memiliki anak selama lebih kurang satu tahun. Saat ini, telah terjadi peningkatan prevalensi infertilitas secara bermakna, yakni sekitar 70 juta pasutri, dengan 40-70 persen disebabkan oleh faktor laki-laki. Faktor laki-laki pada infertilitas di seluruh dunia paling banyak disebabkan oleh penurunan konsentrasi sperma (oligo atau ektrim oligozoospermia), gangguan motilitas (astenozoospermia), dan morfologi normal sperma (teratozoospermia).
Berbagai algoritma tatalaksana infertilitas laki-laki telah banyak dikembangkan, berupa perbaikan sperma pada gangguan hormonal, pemberian antibiotik, antioksidan, operasi varikokel dan bahkan Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) atau Assisted Reproductive Technology (ART). Metode TRB seperti Inseminasi Intrauterin (IIU) serta Fertilisasi in Vitro (FIV), telah terbukti dapat meningkatkan kemungkinan mengatasi infertilitas terkait dengan kualitas sperma. Akan tetapi, tingkat keberhasilan TRB sangat bervariasi. Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan TRB adalah seleksi sperma atau biasa disebut pula dengan preparasi sperma.
Terdapat berbagai tehnik seleksi sperma, seperti swim up (SU) atau density gradient centrifugation (DGC) atau kombinasi, dengan berbagai kecepatan dan periode sentrifugasi. Akan tetapi, prosedur pada seleksi sperma ini juga dapat merusak sperma terkait sentrifugasi dan pemipetan berulang, sehingga hasil akhir metode seleksi sperma terkadang tidak sesuai harapan dan dapat menyebabkan kegagalan TRB. Oleh karena itu, diperlukan adanya inovasi atau temuan aplikasi hasil penelitian baru berupa modifikasi seleksi sperma pada TRB serta perbaikan kualitas sperma terlebih dahulu sebelum dilakukan metode TRB.
Prof Silvia bersama dengan timnya membuat inovasi berupa modifikasi teknik pada preparasi sperma, yakni kecepatan dan periode atau jangka waktu tertentu pada sentrifugasi yang sesuai dengan kondisi kualitas sperma saat pengeluaran. Hal ini untuk mendapatkan panen sperma yang lebih berkualitas sehingga dapatdigunakan pada TRB inseminasi intra uterus (IIU). Oleh karenanya, perlu dilakukan modifikasi teknik pada metode preparasi yang disesuaikan dengan kualitas sampel sperma agar prosedur seleksi pada preparasi sperma tersebut tidak terlalu merusak, terutama pada kondisi sperma yang memang juga sudah abnormal atau bahkan rusak.
“Selanjutnya, kami juga memodifikasi metode seleksi kualitas sperma berupa kombinasi antara jumlah sperma motil dengan indeks fragmentasi DNA (IFD), yang bertujuan memperoleh sperma yang optimal untuk digunakan pada tiap jenis program hamil (promil). Baik pada promil alami, inseminasi intra uterus (IIU), atau fertilisasi in vitro (FIV) atau bayi tabung. Pada modifikasi metode seleksi kualitas sperma ini, melibatkan parameter sperma berupa jumlah sperma motil, indeks fragmentasi DNA (IFD) sperma, serta kombinasi antara jumlah sperma motil dengan IFD. Telah terbukti dengan modifikasi metode seleksi kualitas sperma ini dapat meningkatkan keberhasilan kehamilan,” ujar Prof Silvia.
Selanjutnya, ia dan tim akan tetap melakukan penelitian yang berfokus pada kesehatan reproduksi laki-laki, modifikasi seleksi sperma tingkat seluler atau molekuler, peningkatan perolehan sperma dari testis, peningkatan kualitas embrio dari sisi sperma dan pengembangan sel punca sperma. “Kesemuanya ini semata-mata untuk menciptakan sumber daya manusia laki-laki yang sehat sehingga siap menyongsong program jangka panjang pemerintah yakni Indonesia Emas 2045,” kata Prof Silvia.
Dalam proses pengukuhannya yang dipimpin oleh Sekretaris Dewan Guru Besar (DGB) UI Prof Dr drg Indang Trihandini, MKes, tersebut, tampak hadir Direktur Medik dan Keperawatan RS Harapan Kita Dr dr Muhadi, SpPD-KKV, FINASIM; Wakil Dekan FK Universitas Bosowa dr Rahmawati Thamrin, SpAnd; Guru Besar FK Universitas Udayana Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd(K); dan Guru Besar FK Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr dr Dicky Moch Rizal, MKes, SpAnd (K), AIFM.
Prof Silvia menempuh pendidikan dokter hingga program doktor di FKUI, yakni menyelesaikan S1 Pendidikan Dokter Umum pada 2001; lulus S2 Ilmu Biomedik, Program Magister Ilmu Biomedik pada 2008; dan berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Biomedik pada 2015. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan Dokter Spesialis Andrologi di FK Universitas Airlangga pada 2019. Beberapa karya ilmiahnya berjudul Comparison of sperm parameters and DNA fragmentation index between infertile men with infection and vaccines of Covid-19 (2023); Sperm DNA fragmentation index: A comparison study of success rates among natural, intra uterine insemination (IUI) and In Vitro Fertilization (IVF)-Intra cytoplasmic sperm injection (ICSI) Pregnancy programs (2022); dan Acupuncture therapy for severe-oligo asthenoteratozoospermia (2021)