Dalam pidato pengukuhannya, Prof Dewi memberikan penjelasan tentang bagaimana biomassa yang ada di dunia ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja serta mendorong kemajuan bagi industri herbal dan kosmetik di Indonesia. Ia mengatakan, biomassa adalah istilah yang digunakan untuk menyebut semua bahan organik yang berasal dari tanaman budidaya baik yang di darat maupun yang di laut serta semua sampah organik yang dapat dijadikan sumber bahan baku bagi industri makanan, obat herbal, kosmetik, dan lain-lain.
“Biomassa sangat baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, karena bahan baku yang sangat melimpah ada di sekitar kita yang disebabkan oleh biodiversity Indonesia yang termasuk sepuluh besar di dunia. Pemanfaatan biodiversity yang melimpah tersebut, dapat menciptakan bahan-bahan organik inovatif terbarukan yang berpeluang sebagai pengganti bahan sintetik yang kurang ramah lingkungan,” ujar Prof Dewi.
Banyaknya biodiversitas dan letak Indonesia sebagai daerah tropis, membuat Indonesia berpeluang besar untuk memanfaatkan sumber daya alamnya yang melimpah. Secara turun temurun, pemanfaatan herbal atau biomassa dipelajari dan dicatat yang kemudian menjadi dasar penting untuk pengobatan tradisional. Prof Dewi mengatakan, tanaman herbal dapat dimanfaatkan menjadi bahan obat dan kosmetik karena mengandung senyawa bioaktif yang berkhasiat, yang
disebut senyawa fitokimia. Hingga saat ini, ada sekitar 9 ribu jenis senyawa fitokimia yang sudah teridentifikasi, tetapi baru sekitar 200 jenis yang dimanfaatkan untuk kesehatan dan kecantikan.
Modernisasi pengembangan produk herbal dan kosmetik berbahan biomassa, memerlukan bantuan ilmu yang sifatnya rasionalitas, salah satunya adalah komputasi eksperimen. Melalui komputasi eksperimen ini, akan memberikan beberapa manfaat, yaitu pertama, berupa dukungan pembuktian ilmiah akan khasiat/efikasi obat. Kedua, berupa nilai keekonomian atau daya saing yang tinggi dari produksi, sehingga industri herbal dan kosmetik berbahan industri ini dapat berperan di tengah masyarakat yang terus berkembang.
Lebih lanjut Prof Dewi menyampaikan, metode In Silico dengan teknik molecular docking simulation adalah cara untuk memprediksi interaksi antara senyawa obat/fitokimia (ligan) dengan protein target berupa enzim/reseptor. Hal ini guna mengetahui khasiat obat/fitokimia tersebut sebelum dilakukannya analisis laboratorium. Untuk memprediksi khasiat/efikasi obat pada metode In Silico ini digunakan berbagai persamaan reaksi enzimatik.
Selain itu, Prof Dewi juga menambahkan simulasi produksi (SP) obat herbal perlu dilakukan untuk mengetahui daya saing atau viabilitas ekonominya. Program industri seperti Aspen Technology dan Superpro Designer digunakan untuk memprediksi biaya produksi obat herbal/kosmetik agar komersialisasinya sesuai dengan hasil pengujian metode In Silico.
Dari penelitian yang telah dilakukan, Prof Dewi telah menghasilkan tiga produk obat herbal dan satu bahan kosmetik yang diproduksi secara terbatas. Hasil inovasi tersebut, di antaranya Jamu Serba Guna Bancar Resik (SGBR), yaitu obat herbal untuk mencegah/mengurangi atheroschlerosis; Jamu Turun Tegang Syaraf (TTS), yaitu obat herbal untuk mencegah/mengurangi sakit syaraf terjepit (Trigeminal Neuralgia); Jus dan Kapsul Ekstrak Daun Sambung Nyawa, yaitu produk
herbal antioksidan tinggi; dan scrub berbahan Selulose Asetat dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang ramah lingkungan.
Menurut Prof Dewi, dalam mengembangkan produk herbal dan kosmetik berbahan biomassa, arah dan langkah yang dilakukan harus jelas serta komprehensif. Mulai dari penelusuran bukti empiris melalui fakta sejarah dan kultur masyarakat, pengujian laboratorium khasiat obat/fitokimianya, hingga pengembangan produk awal melalui simulasi efikasi In Silico dan simulasi proses produksi, agar tercapai industri yang berdaya saing tinggi yang menarik bagi para
pelaku ekonomi. “Di atas itu semua ada hal yang lebih mendesak untuk ditingkatkan oleh kita semua, yaitu hilirisasi hasil penelitian dosen di perguruan tinggi yang nyata, terukur, dan berdampak,” kata Prof Dewi.
Prof Dewi menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Kimia di Universitas Gadjah Mada, pada 1984. Kemudian ia berhasil meraih gelar magisternya pada 1994 di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus pendidikan doktor di Chalmers University of Technology, Goteborg, Sweden pada tahun 2006. Beberapa karya ilmiahnya dalam beberapa tahun terakhir, yaitu Feasibility Assessment of an Encapsulated Longevity Spinach (Gynura procumbens L.) Extract Plant in Indonesia (2021); Antioxidant properties assay of Gynura procumbens L. fresh juice in various shelf-life time using hydroxyl radical scavenging method (2021); dan Acceptable Shelf Life of Indonesian AntiAtherosclerosis Mixed Herbs Based on Bacterial Count and pH Stability (2020).