“Secara sistematis, Pemerintah Indonesia telah melakukan banyak hal termasuk memperbaiki kurikulum pendidikan dengan mengupayakan agar siswa berpikir menggunakan penalarannya. Secara tidak langsung, ini mengembangkan growth mindset,” ujar Lucia yang juga menjabat sebagai Kasubdit Peningkatan Kapasitas Staf Akademik UI.
Lucia optimistis bahwa Indonesia dapat mencetak dan membentuk generasi emas melalui kolaborasi dan kesadaran semua pihak–pemerintah, sekolah, orangtua, dan masyarakat—yang saling bersinergi untuk mendampingi perkembangan anak. Seseorang yang memiliki growth mindset berarti memiliki motivasi dan keinginan yang kuat untuk berprestasi, tidak mudah menyerah, dan senantiasa berusaha jika mendapat tantangan sulit.
“Tidak hanya growth mindset, tingginya sikap resiliensi juga memaksimalkan pembentukan generasi unggul Indonesia,” katanya. Resiliensi pada individu merupakan kapasitas untuk bangkit ketika jatuh, tidak terpaku pada kegagalannya.
Lucia menambahkan, seseorang yang resiliens dapat dipadankan dengan karet elastis yang kalau kita tarik dia akan kembali lagi ke bentuk awalnya. Mahasiswa juga diharapkan seperti itu, ketika mengalami ketegangan karena mengerjakan tugas yang sulit atau misalnya mengerjakan skripsi, maka setelah itu segera cepat dapat menyesuaikan dirinya kembali, tidak kalah dengan keadaan.
Kemajuan teknologi di era saat ini, dapat menjadi sarana berkembang untuk generasi unggul dengan memanfaatkannya sebaik-baiknya. Menurut Lucia, sikap yang perlu dimiliki oleh anak adalah self-control yang diasah sejak dini berdasarkan pola asuh orangtua dan lingkungan.
Seiring dengan upaya membentuk generasi unggul, program pemerintah yang sudah dicanangkan juga cukup banyak, beberapa contohnya Profil Pelajar Pancasila, Merdeka Belajar, dan Program Transisi PAUD-SD yang menyenangkan. Program ini sudah dilaksanakan di seluruh sekolah di Indonesia untuk mengupayakan agar anak-anak itu tumbuh dengan tangguh dan pancasilais, memiliki sifat mandiri, penalaran kritis, gotong royong, dan memiliki kesejahteraan psikologis yang baik.
Selain itu, dengan berkembangnya teknologi saat ini membuat penyebaran informasi terjadi dengan cepat, sehingga dibutuhkan penalaran kritis kepada para pelajar, senantiasa menyaring informasi yang masuk dan memastikan kebenarannya. “Melalui pendidikan yang mendorong nalar kritis diharapkan dapat mengarahkan pelajar untuk mengembangkan growth mindset, selain itu juga belajar untuk tidak menerima informasi begitu saja melainkan melihat logika berpikirnya dan selalu berupaya melihat suatu informasi masuk akal atau tidak,” kata Lucia.
Ia berharap agar masyarakat Indonesia baik instansi pemerintahan, instansi pendidikan, orangtua, maupun lingkungan sekitar dapat bahu-membahu dan bergandeng tangan untuk mendorong generasi muda menjadi pribadi yang unggul. Meskipun dalam prosesnya terdapat banyak sekali tantangan yang dihadapi, dengan tujuan yang sama, bangsa Indonesia mampu mencapai tujuan tersebut.
Generasi muda perlu agar senantiasa berpikir positif dan optimistis dalam melihat dunia, sehingga dapat terus menggali potensi melalui pendekatan skolastik ataupun nonskolastik. “Di masa pendidikan, upayakan untuk para pelajar dapat mengeksplorasi minat dan bakat sebanyak mungkin, seperti belajar musik, olahraga, bahasa, dan sebagainya. Terus gali potensi karena mungkin saja ada bakat terpendam yang akan diketahui setelah melakukannya,” ujar Lucia.