Reynardi mengatakan, ia dan rekan-rekannya meneliti presisi dan sensitivitas glukometer atau alat pengukur gula darah yang banyak dipakai pasien diabetes maupun pada instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit. Mereka menemukan, ada beberapa zat yang terdapat pada obat atau makanan sehari-hari yang bisa memengaruhi kualitas pengukuran glukometer, sehingga menghasilkan pengukuran yang salah.
“Kami meneliti zat maltosa, dekstrosa, dan ekstrak cabai karena sebagian besar orang Indonesia suka makan cabai. Kami temukan bahwa pada konsentrasi tertentu, ketiga zat tersebut bisa memengaruhi presisi dan sensitivitas glukometer,” ujar Reynardi.
Lebih lanjut ia menjelaskan, timnya juga meneliti tiga glukometer dari tiga merk berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan dari merek glukometer yang berbeda bisa menghasilkan pengukuran yang berbeda jika ada zat-zat pengganggu, seperti zat maltosa, dekstrosa, dan ekstrak cabai.
Penelitian mereka berjudul “The Effects of Chili Peppers (Capsicum frutescens), Maltose, and Dextrose Interference on the Precision and Sensitivity of Three Glucometers Compared to Spectrophotometer”, dibimbing Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI Prof Dr rer physiol dr Septelia Inawati Wanandi.
Sebelumnya, pada Juni 2022, Tim FKUI mengikuti pelatihan Global Mini-PhD Programme yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan ReachSci Society, University of Cambridge, selama 8 minggu secara daring. Program ini dilaksanakan untuk memperkenalkan dunia keilmiahan, memberikan pelatihan riset, serta mendampingi mahasiswa dalam mendesain, menjalankan, dan menulis laporan penelitian terhadap sebuah permasalahan global.
Hasil penelitian kemudian diikutsertakan dalam kompetisi pada Maret 2023. Hasilnya, Tim FKUI tidak hanya meraih prestasi sebagai tim, para mahasiswa juga berhasil meraih prestasi individu, yaitu Best Social Media Photo Post yang diraih oleh Reynardi Larope Sutanto; Best Social Media Video Post yang diraih oleh Maritza Andreanne Rafa Ayusha; Best Scientific Representation yang diraih oleh Reynardi Larope Sutanto; dan Best Creative Video oleh Bryanna Infinita Laviashna Saputro.
Berbagai prestasi tersebut diberikan setelah tim juri menilai kinerja tim mahasiswa FKUI yang baik dalam program ReachSci Mini-PhD. Selain itu, para peserta, sebagai sebuah tim, menunjukkan penelitian yang baik dan keterampilan yang profesional.
“Banyak sekali hal baru yang kami pelajari, mulai dari aspek ilmu teori melalui kuliah-kuliah, hingga kemampuan lab melalui latihan di laboratorium. Selain itu, banyak pula soft skills yang kami asah seperti leadership, teamwork, communication, public speaking, dan time management dan kami juga membangun network internasional pada saat konferensi yang juga bermanfaat bagi kemajuan riset Indonesia dan dunia. Hasil akhir riset ini ditampilkan pada konferensi Reachsci 2023: Challenges and Solutions in STEM Research Training,” kata Bryanna.
Mewakili teman-temannya, Bryanna juga mengucapkan terima kasih kepada Prof Septelia Inawati Wanandi dan Dr dr Reni Paramita MBiomed yang telah membantu menjalankan proyek riset yang dilakukan tim. Selain itu, ia juga menyampaikan terima kasihnya kepada Mohammed Alawami MSc MRes, Ketua Program ReachSci dan peserta program doktoral University of Cambridge atas bimbingan yang telah diberikan.
Dekan FKUI Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB turut menyampaikan apresiasi terhadap prestasi yang didapat dalam ajang internasional yang berlangsung pada 19-21 Maret 2023 ini. “Selamat kepada Bryanna dan tim yang telah mengharumkan FKUI dengan keberhasilannya pada ajang penelitian dunia. Capaian ini turut membuktikan bahwa peneliti-peneliti dari FKUI mampu bersaing tidak hanya pada tingkat lokal namun bisa menjangkau tingkat internasional. Tidak lupa, saya ucapkan terima kasih kepada para pembimbing yang telah mendampingi dan memberikan arahan kepada mahasiswa dalam penelitian ini. Semoga kedepannya semakin banyak peneliti-peneliti dari FKUI yang menghasilkan penelitian berkualitas dan berkontribusi besar dalam dunia pendidikan kedokteran,” ujar Prof Ari.