Seperti yang telah diketahui, budaya sebagai sebuah identitas merupakan warisan tak ternilai yang dimiliki oleh suatu komunitas atau bangsa. Setiap budaya memiliki keunikan tersendiri, seperti bahasa, tradisi, adat istiadat, seni, musik, dan arsitektur. Budaya memiliki nilai penting bagi terbentuknya sebuah identitas satu komunitas masyarakat, di mana dalam satu tradisi dan budaya tercermin pranata sosial dan nilai-nilai, keyakinan, dan pengetahuan yang diwariskan lintas generasi.
Oleh karena itu, upaya melestarikan budaya perlu dilakukan untuk mempertahankan akar sejarah dan pewarisan ilmu pengetahuan kepada generasi muda untuk memahami asal-usul mereka, juga dapat menjadi upaya untuk melakukan transmisi kebudayaan lintas generasi. Pelestarian budaya memungkinkan generasi mendatang untuk memahami dan menghargai asal-usul mereka sehingga sebagai komunitas, mereka memiliki kebanggaan akan budaya dan komunitasnya. Hal inilah yang mendasari penyelenggaraan Komodo Culture Festival.
Dalam sambutannya, Ketua Suku Adat Modo menyampaikan bahwa kegiatan Komodo Culture Festival merupakan upaya masyarakat adat Suku Modo untuk mewariskan ilmu pengetahuan, tradisi, dan budaya yang mereka miliki dan percayai selama ini. Suku Modo percaya bahwa mereka dan hewan komodo dapat hidup saling selaras dan harmonis dengan alam karena mereka bersaudara. Kepercayaan ini tanpa disadari sudah terinternalisasi dalam kehidupan warga Pulau Komodo yang dikenal sebagai Ata Modo atau ‘orang Pulau Komodo’. Kepercayaan akan kehidupan yang saling bersaudara inilah yang membuat Upacara Makan berbagi dijadikan sebagai Puncak Acara Komodo Culture Festival yang diselenggarakan pada 14 Oktober 2023.
Komodo Culture Festival juga dihadiri oleh Direktur Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) UI Prof. Dr Agung Waluyo, SKp, MSc; Kepala Balai Taman Nasional Komodo Hendrikus Rani Siga, SHut. MSc; serta Prof Dr Bambang Shergi Laksmono dan Idwan Suhardi, Ph.D sebagai perwakilan dosen UI yang memberikan dukungan terhadap proses pelestarian pengabdian pada masyarakat di Desa Komodo. Sementara itu, Kepala Desa Komodo berterima kasih kepada pihak UI yang berkenan mendampingi warga Komodo untuk menyelenggarakan kegiatan Festival Budaya Komodo.
Pemerintah Desa Komodo juga turut menyambut baik kegiatan ini. Oleh karena itu, Pemerintah Desa Komodo mendukung secara penuh kegiatan Festival ini melalui dukungan pembiayaan dari pemerintah desa dan keswadayaan masyarakat dengan mengumpulkan pendanaan dari warga untuk menyukseskan kegiatan Komodo Culture Festival.
Selain Pemerintah Desa Komodo, dukungan untuk pelaksanaan festival juga diberikan oleh Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Hendrikus Rani Siga, SHut. MSc. Dalam sambutannya, Hendrikus atau yang biasa disapa Hengki juga menyampaikan terima kasih kepada Universitas Indonesia yang berkenan mendampingi Desa Komodo dalam melestarikan budayanya dan terlibat upaya pembangunan kepariwisataan di Desa Komodo. Hengki berharap festival ini dapat terus berjalan di bawah kemandirian masyarakat kendati pendampingan Universitas Indonesia telah usai dilakukan.
Komodo Culture Festival 2023 dilakukan oleh tim Pengabdian Masyarakat UI dengan Pengabdi Utama Widhyasmaramurti, MA, serta Novika Stri Wrihatni, MHum, dan Murni Widyastuti, MHum, sebagai anggota. Widhyasmaramurti menyampaikan bahwa tantangan kemandirian masyarakat di masa depan yang menjadi kekhawatiran Kepala Balai Taman Nasional Komodo juga merupakan tantangan yang sama yang dipikirkan oleh UI.
Dalam melaksanakan pendampingan, UI juga berusaha melakukan penguatan komunitas masyarakat di Desa Komodo. Hal ini penting untuk dilakukan agar mereka mampu mempersiapkan dan mengelola pelaksanaan festival budaya secara mandiri pasca pendampingan usai nantinya. Mara, begitu ia biasa disapa, menyampaikan harapan agar masyarakat Komodo dapat terus mempromosikan Desa Komodo sebagai destinasi wisata budaya prioritas di Kawasan Taman Nasional Komodo
Ia juga berharap, Komodo Culture Festival dapat terus diselenggarakan meski tanpa pendampingan UI. Jika masyarakat secara mandiri telah mampu mengemas kegiatan untuk setiap tahunnya dengan pendanaan yang ada, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun partisipasi mitra desa, Komodo Culture Festival akan dapat terus terselenggara dan proses transmisi kebudayaan dapat terus berjalan.