Tim dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bekerja sama dengan RSUP Persahabatan dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), mengembangkan alat bantu pernapasan high flow nasal cannula (HFNC). Alat ini bekerja dengan memanfaatkan prinsip high flow oxygen therapy (HFOT) dan ditujukan untuk penanganan pasien positif Covid-19 pada tahap awal.
Bertempat di Gedung Pusat Simulasi Respirasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, pada 7 Januari 2021 telah dilakukan unjuk fungsi dari alat bantu pernapasan HFNC ini.
Acara itu dihadiri Dekan FTUI Dr Ir Hendri DS Budiono MEng, Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan Dr dr Agus Dwi Susanto SpP(K) FAPSR FISR, Perwakilan Pengurus Harian PDPI Dr Erlang Samoedro SpP, serta Perwakilan RSUP Persahabatan dr Yudhaputra Tristanto MKes, dan Tim Pengembangan HFNC UI.
Hendri DS Budiono menyampaikan, pengembangan alat HFNC ini merupakan contoh dari kolaborasi antara para pemangku kepentingan di bidang medis dan teknologi. Dukungan penuh dari para pemangku kepentingan juga sangat diperlukan untuk mengakselerasi pengerjaan HFNC hingga nanti mendapatkan izin penggunaan dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK).
Alat bantu pernapasan HFNC merupakan alat terapi oksigen aliran tinggi. Metode terapi oksigen aliran tinggi (HFOT) merupakan salah satu metode non-invasif yang dapat digunakan untuk membantu pernapasan pasien positif Covid-19 pada tahap awal.
Salah satu cara untuk mengantarkan oksigen aliran tinggi kepada pasien dengan menggunakan kanula hidung atau nasal cannula. Oleh karena itu, alat yang bekerja memanfaat prinsip HFOT sering disebut sebagai HFNC. Sampai saat ini, Indonesia masih mengandalkan bahan baku impor dan belum ada produk HFNC lokal asli Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“HFNC bekerja dengan cara mengalirkan udara dengan kadar oksigen tinggi (21–100 persen) dan debit aliran sampai dengan 60 liter/menit. Aliran dengan kecepatan tinggi ini dilewatkan pada ruang pemanas hingga mengalami kenaikan kelembaban (relative humidity, RH) serta temperatur hingga mencapai temperatur tubuh pasien. Penyesuaian kelembaban dan temperatur terhadap kondisi pasien ditujukan untuk menjaga kenyamanan pasien,” ungkap Dr Ing Ridho Irwansyah, anggota Tim Pengembangan HFNC UI.
Yudhaputra Tristanto menambahkan, produk alat bantu pernapasan HFNC yang dikembangkan oleh UI ini sangat penting dalam penanganan pasien terutama pasien Covid-19. Ada kemungkinan HFNC akan terus terpasang pada pasien hingga lebih dari 20 hari sehingga keandalan dan daya tahan alat sangat perlu diperhatikan.
“Harapan saya, UI melakukan pengujian keandalan dan daya tahan pada Pusat Simulasi Respirasi RSUP Persahabatan,” kata Yudhaputra.
Dekan FKUI Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB sangat mengapresiasi pengembangan alat bantu pernapasan HFNC ini. Infeksi Covid-19 membuat pasien rentan mengalami kondisi hipoksia atau kondisi kurangnya oksigen dalam tubuh sehingga terapi oksigen tambahan dibutuhkan.
Di tengah jumlah pasien positif Covid-19 yang saat ini masih meningkat, terang Prof Ari, kebutuhan akan alat terapi oksigen juga ikut meningkat. “Kita patut berbangga karena HNFC ini sudah dapat diproduksi secara lokal. Hal ini tentu akan sangat membantu fasilitas dan tenaga kesehatan dalam memenuhi kebutuhan penanganan pasien-pasien ini. Mudah-mudahan alat ini bisa segera mendapat izin edar dan bisa diproduksi dan dipakai oleh para klinisi untuk membantu pasien-pasiennya.”
Dari hasil demo dan unjuk fungsi yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa hal yang akan dilakukan untuk percepatan pengerjaan HFNC hingga nanti dapat digunakan untuk membantu penanganan pasien Covid-19 di Indonesia.