Universitas Indonesia (UI) melalui Disaster Risk Reduction Centre (DRRC UI) menggagas seminar bertajuk “Pentahelix NTT Lawan Covid-19”. Kegiatan tersebut berlangsung secara virtual pada Jumat (4/9/2020).
Tujuannya untuk melihat kisah dan kiat sukses masing-masing daerah dalam menangani Covid-19, sebagaimana tertuang dalam buku Pengalaman Indonesia Menangani Wabah Covid-19 dan Buku Saku Desa Tangguh Bencana Lawan Covid-19 karya sivitas akademika UI. Sebelumnya, DRRC UI juga telah menggelar webinar dengan pembahasan serupa di Provinsi Sumatera Barat dan Maluku.
Kegiatan ini terselenggara berkat dukungan dan kerja sama dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI), TP-PKK NTT, Universitas Nusa Cendana, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), dan Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia (PAKKI).
Pertemuan virtual tersebut diawali dengan sambutan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena; Kepala Pusdiklat BNPB Berton Panjaitan; Staf Ahli Menteri Bidang Aparatur dan Pelayanan Publik Kementerian Dalam Negeri Yusharto H; Ketua MWA UI Saleh Husin; dan Rektor Universitas Nusa Cendana Prof Ir Fredrik L Benu MSi PhD.
Narasumber yang hadir, yaitu Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi; Ketua TP-PKK NTT Julie Sutrisno Laiskodat; Ketua IAKMI Dr Ede Surya Darmawan SKM MDM; Ketua PAKKI Dr Robiana Modjo SKM MKes; Pengurus Pusat AIPTKMI; serta Dekan FKM Undana Dr Apris Adu SPt MKes. Selain itu hadir pula tim penulis buku, yaitu Prof Dra Fatma Lestari MSi PhD (Ketua DRRC UI); Prof Dr dr Rachmadhi Purwana SKM (Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan-SIL UI); dan Dr Rachma Fitriati MSi MSi (Han) (Dosen Fakultas Ilmu Administrasi-FIA UI).
Lebih lanjut, para penanggap yang diundang dalam seminar online kali ini, yaitu Ketua DPRD NTT Emilia Julia Nomleni; Tokoh Kesehatan Masyarakat NTT, Ketua IAKMI NTT Dr dr Hyronimus A Fernandes MKes; Kepala Desa Detusoko Barat Ferdinandus “Nando” Watu; Pendiri Rumah Perempuan Wilhemintje Libby Sinlaeloe; dan Tokoh Muda Perempuan Penggerak Kalangan Milenial Mira Natalia Pellu.
Hadir pula perwakilan tokoh agama, yaitu Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), Provinsi NTT, Pdt Dr Mery Kolimon MTh; Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang; dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTT H Abdul Kadir Makarim. Kegiatan ini dimoderatori dr Agustin Kusumayati MSc PhD yang merupakan Ketua Asosiasi AIPTKMI dan Sekretaris UI. Seminar ini dapat disaksikan kembali melalui kanal Youtube UI www.youtube.com/watch?v=Cc5FeJMZsJ4.
Wagub NTT Josef menguraikan upaya NTT di dalam menangani pandemi Covid-19. Ia menjelaskan, “NTT tidak hanya menjalankan pentahelix, tetapi juga heksahelix. Selain melibatkan kelima pihak, yaitu pemerintah, akademisi, masyarakat, industri, dan media, kami juga menekankan pada unsur iman–Tuhan Yang Mahakuasa. Kami menekankan kepada masyarakat ‘Imun dan Iman’. Kami mengobarkan semangat optimisme melawan Covid-19 dengan sosialisasi hidup sehat, makanan bernutrisi.”
Josef menambahkan, pihaknya juga memperketat pintu keluar masuk se-Provinsi NTT (transportasi udara, darat, dan laut), menjaga desa agar tidak terganggu dan tertular dari imported case. Pertahanan desa harus diperkuat sebab warga desa tidak mungkin menjalankan work from home. Jika tidak keluar untuk bekerja, mereka tidak akan bisa makan dan minum.
“Tokoh agama juga sangat diberdayakan untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Salah satu kearifan lokal NTT di tengah pandemi adalah dengan mendorong masyarakat mengonsumsi daun kelor yang banyak dijumpai di perumahan warga di NTT. Daun kelor sebagai miracle tree dipercaya mampu memenuhi asupan gizi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh,” kata Josef.
Ia juga memaparkan bahwa ekonomi NTT pada September 2020 sudah mulai bergerak meningkat. Pada triwulan pertama hingga triwulan kedua bulan pertama 2020 tercatat pertumbuhan ekonomi masih positif, tapi memasuki bulan kedua triwulan kedua sudah menjadi minus.
Berkenaan dengan hal tersebut, Dekan FKM Undana Apris Adu menjelaskan, “Sangat perlu adanya kolaborasi antara akademisi dengan Pemerintah NTT serta NGO untuk berkoordinasi mengelola protokol kesehatan serta memastikan perekonomian tetap berjalan. Kami juga banyak menerima masukan dari AIPTKMI terkait upaya promotif dan preventif.”
Senada dengannya, Ketua TP-PKK NTT Julie Sutrisno Laiskodat memaparkan tentang gerakan menggunakan masker di NTT. Ia menyebutkan, “Kami telah membagikan 50.000 masker untuk seluruh wilayah di NTT. Pembagian masker ini tidak semata menyelamatkan nyawa, tetapi juga menyelamatkan perekonomian masyarakat. Berkisar 10 ribu masker yang dibagikan merupakan masker tenun NTT produksi UMKM NTT.”
Prof Rachmadhi Purwana menjelaskan, “Beda tempat, maka akan berbeda pula masalahnya. Terdapat faktor interaksi lingkungan dan komunitas serta infrastruktur dan sistem. Virus tidak bergerak tapi bisa berpindah karena manusia. Maka, yang paling baik adalah bertumpu pada masyarakat. Tetap menggunakan masker, menjalankan pola hidup bersih dan sehat, serta menjaga jarak.”
Kolaborasi masyarakat dan tokoh agama di NTT juga sangat mendukung keberhasilan penanganan Covid-19 di NTT. Keterlibatan para ibu yang tergabung di dalam PKK, Rumah Perempuan, serta kolaborasi dengan anak muda penggerak kalangan milenial dan para tokoh agama juga menjadi salah satu kunci keberhasilan berbasis kearifan lokal di NTT.
Rangkaian seminar online ini diharapkan mampu menggambarkan berbagai keunikan dan kreativitas penanganan wabah penyakit terbesar pada abad ini. Sejumlah kearifan lokal dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia telah dipraktikkan dan berdampak pada keselamatan, kesehatan, perekonomian, serta sosial budaya masyarakat setempat.