Disaster Risk Reduction Centre Universitas Indonesia (DRRC UI) bekerja sama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) menggelar seminar bertajuk “Kolaborasi Pentahelix Aceh Lawan Covid-19”. Kegiatan tersebut berlangsung secara virtual pada Jumat (11/9/2020).
Tujuannya, melihat kisah dan kiat sukses masing-masing daerah dalam menangani Covid-19, sebagaimana tertuang di dalam buku Pengalaman Indonesia Menangani Wabah Covid-19 dan buku saku Desa Tangguh Bencana Lawan Covid-19 karya sivitas akademika UI. Sebelumnya, DRRC UI juga telah menggelar webinar dengan pembahasan serupa di Provinsi Sumatera Barat, Maluku, dan NTT.
Kegiatan ini terselenggara berkat dukungan dan kerja sama dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemerintah Provinsi Aceh, TP-PKK Aceh, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia (PAKKI), dan Universitas Syiah Kuala selaku tuan rumah penyelenggaraan seminar.
Acara dibuka dengan sambutan H Ansory Siregar (Wakil Ketua Komisi IX DPR RI), Berton Panjaitan (Kepala Pusdiklat BNPB), Dr Nata Irawan (Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kemendagri), Prof Dra Fatma Lestari MSi PhD (Ketua DRRC UI), dan Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng (Rektor Universitas Syiah Kuala). Adapun moderator webinar adalah dr Agustin Kusumayati MSc PhD, Ketua Asosiasi AIPTKMI dan Sekretaris Universitas Indonesia. Seminar daring ini dapat disaksikan kembali melalui kanal Youtube UI: www.youtube.com/watch?v=HYRDeWVTJ34&t=4s.
Prof Samsul mengatakan, “Sebenarnya di Aceh, untuk mencapai angka 100 kasus positif Covid-19 membutuhkan waktu 111 hari. Namun, kini, kasus positif di Aceh meningkat tajam sejak Juli 2020. Demikian pula kasus pasien Covid-19 yang meninggal di Aceh mengalami peningkatan. Peningkatan kasus yang terjadi belum diikuti dengan peningkatan kapasitas pelayanan kesehatan untuk Covid-19.”
Kondisi itu, lanjut Prof Samsul, diperumit dengan sikap apatis dan pesimistis masyarakat. Persoalan pandemi Covid-19 merupakan permasalahan multidimensi sehingga membutuhkan kolaborasi pentahelix, tidak bisa dibebankan ke pemerintah semata. Pendekatan Covid-19 di Aceh membutuhkan keterlibatan para tokoh agama, stakeholder, dan tokoh masyarakat karena masih banyak orang yang tidak percaya sama Covid-19.
“Universitas Syiah Kuala berkomitmen untuk mendukung pemerintah dan masyarakat menghadapi Covid-19. Hingga saat ini, Universitas Syiah Kuala telah menyerahkan empat rekomendasi kebijakan penanganan pandemi Covid-19,” kata Prof Samsul.
Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kemendagri Nata Irawan mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan seminar ini karena menunjukkan adanya kepedulian akademisi, pemerintah provinsi hingga daerah akan penanganan Covid-19. Demikian pula Kepala Pusdiklat BNPB Berton Panjaitan mengucapkan terima kasih atas dukungan pentahelix di dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pandemi Covid-19, yang saat ini tengah meningkat kasusnya.
“Mari, kita bersama-sama mencegah penularan Covid-19 di masyarakat. Upaya mencegah penularan menjadi agenda terbesar kita dan mari bersama-sama meningkatkan asupan gizi masyarakat, berolahraga, menurunkan tingkat stres, dan menjalankan pola hidup bersih dan sehat, serta taat akan protokol kesehatan,” ujar Berton.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Aceh Teuku Ahmad Dadek hadir mewakili Gubernur Aceh menyampaikan pengalaman Aceh dalam menghadapi Covid-19. “Perlu upaya sosialisasi dan edukasi di tengah masyarakat Aceh, karena masih banyak yang belum yakin bahwa Covid-19 itu ada. Sejumlah langkah strategis penanganan Covid-19 di Aceh, di antaranya penanganan medis dengan meningkatkan pelayanan kesehatan, penyediaan RS dan ruang isolasi. Kedua, menyediakan jaringan pengaman sosial. Ketiga, pemulihan ekonomi/antisipasi krisis pangan. Salah satunya dengan memberikan dukungan buat dunia usaha. Law enforcement atas setiap pelanggaran terhadap protokol kesehatan menjadi penting dan perlu ditingkatkan di Aceh.”
Ketua TP-PKK Aceh Dyah Erti Idawati berbagi cerita mengenai upaya PKK Aceh untuk menangani kasus Covid-19. Ia mengungkapkan, “Kami bekerja sama dengan ASN, menggebrak para ASN yang berkisar 10.000 ASN untuk menggunakan masker, sehingga para ASN dapat menjadi contoh bagi masyarakat. Inovasi lainnya yang kami jalankan adalah edukasi besar-besaran di kutbah Jumat, penyerahan masker di masjid dan meunasah pembagian poster, pemasangan spanduk, edukasi besar-besaran. Gema atau Gebrak Gerakan Masker telah berlangsung serentak di Aceh menjangkau 3.883 masjid dan 6.497 gampong/desa.”
Salah seorang penulis Buku Seri Aceh, Dr Herlina J EL-Matury ST MKes menguraikan sejumlah kearifan lokal di Aceh. Ia menuturkan, “Pertama, i lam guci, sebuah guci untuk membasuh diri sebelum masuk ke rumah. Garam juga dipercaya untuk memperkuat imunitas tubuh, seperti merendamkan diri di air laut. Pajoh ranum, sebuah tradisi memakan sirih untuk antiseptik. Berikutnya, pake gaca, yaitu memakai inai sebagai simbol untuk menjaga jarak. Di Aceh juga telah mengenal tradisi isolasi saat sakit. Selain itu, kegiatan berdoa di tengah wabah juga telah berlangsung. Dengan berbekal pengalaman mengalami taeun atau wabah pada abad 19, masyarakat Aceh menjadi paham dan sudah memiliki budaya untuk mengatasi wabah.”
Ketua Umum PAKKI Dr Robiana Modjo SKM MKes mengingatkan untuk Cegah Covid-19, Hindari 3K, yaitu keramaian, kontak dekat, dan keterbatasan sirkulasi udara. Menurutnya, “Yang harus diwaspadai adalah munculnya potensi kluster baru Covid-19, yaitu kantor (termasuk kantor desa).”
Akademisi UI serta perwakilan penulis buku Desa Tangguh Bencana Lawan Covid-19, Dr Rachma Fitriati MSi MSi (Han) kembali merekomendasikan “Satu Desa Satu Tenaga Kesehatan”. Ia juga mengatakan bahwa tim akademisi UI juga tengah menyiapkan buku berikutnya berjudul buku Pesantren Tangguh Bencana.
Seminar daring seri keempat ini juga diisi narasumber, yaitu Dr Ede Surya Darmawan SKM MDM (Ketua Umum IAKMI) dan Dr Ir Eko Teguh Paripurno MT (Ka FPT PRB Indonesia). Sedangkan para penanggap di antaranya SIP Dahlan Jamaluddin (Ketua DPRD Aceh), Prof Asnawi Abdullah SKM MHSM MSc HPPF DLSHTM PhD (Ketua Pengda IAKMI Aceh), Fajar Ariyanti SKM MKes PhD (AIPTKMI), Dr dr Safrizal Rahman MKes SpOT (Ketua IDI Wilayah Aceh), HM Hasyim Usman (Kepala Gampong Emperom, Jaya Baru, Banda Aceh), Yarmen Dinamika (Redpel Harian Serambi Indonesia), Dr Akhyar ST MP MEng dan Ricky Nelson (perwakilan dunia usaha), serta Dr Tgk H Abdullah Sani MA (Ketua Komisi C MPU Aceh).