Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia, tidak menghambat para akademisi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) untuk menjalankan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas).
Melalui program SHINTA dan Sadar HIV/AIDS antar-Remaja, tim Pengmas FIK UI melakukan serangkaian kegiatan berupa pembentukan dan melatih 18 siswi SMA sebagai peer educator dan mengadakan seminar edukasi kesehatan kepada 120 siswa-siswi SMA. Kegiatan tersebut merupakan upaya untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja putri, pengetahuan tentang HIV/AIDS dan pencegahan penularannya, serta strategi mencegah perilaku negatif remaja.
Tim Pengmas FIK UI diketuai oleh Sri Yona SKp MN PhD (Kepala Departemen Medikal Bedah), serta didukung oleh anggota yang terdiri atas Prof Elly Nurachmah MappSc DNSc (Guru Besar FIK UI), Ns Anggri Noorana Zahra SKep MSc dan Ns Cut Sarida Pompey SKep MNS (Dosen Keperawatan Medikal Bedah FIK UI) selaku narasumber, serta Anita Rezeki Carolina, Arini Salsabila Ramadhani, dan Rama Adi Saputra (mahasiswa FIK UI) sebagai fasilitator.
Sri Yona mengatakan, “Program pengmas kami menyasar kelompok remaja putri dengan rentang usia 15–24 tahun yang memiliki risiko terhadap penularan HIV/AIDS. Kami merasa sangat perlu untuk memberikan pengetahuan yang memadai tentang HIV/AIDS beserta upaya pencegahannya. Remaja putri juga mengalami pertumbuhan seksual lebih cepat dan lebih rentan terkena infeksi menular seksual (IMS) dibandingkan remaja putra.”
Di Indonesia, lanjut Sri, topik kesehatan reproduksi masih tabu. Remaja putri lebih memilih temannya sendiri untuk berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi dibandingkan dengan orangtua mereka sendiri. Untuk itu, melalui program pengmas berupa pelatihan peer educator, dan program SHINTA: Sadar HIV/AIDS, siswi dapat berkomunikasi dengan baik tanpa rasa tabu, sungkan, dan jauh lebih terbuka, serta mampu menolak ajakan perilaku negatif dari lingkungan sekitarnya.
Pembentukan dan pelatihan peer educator program SHINTA meliputi kegiatan focus group discussion (FGD), sesi edukasi, dan diskusi interaktif tentang pengetahuan pubertas pada remaja, dampak pergaulan bebas dan HIV/AIDS, upaya menjadi remaja sehat dan role play keterampilan refusal skill, dan cara mengatasi bullying. Sebanyak 18 siswa yang dilatih menjadi peer educator, berasal dari salah satu SMAN di Jakarta Timur.
Harapannya, mereka dapat menjalankan upaya keberlanjutan program untuk mengedukasi teman sebaya. Lebih lanjut, kegiatan puncak pengmas SHINTA berupa seminar edukasi kesehatan daring yang diikuti oleh sekitar 120 siswa-siswi SMA yang berasal dari sekolah di Jakarta, Depok, dan Serang. Seminar ini menghadirkan diskusi interaktif dengan narasumber dan roleplay dan penampilan dari siswi yang menjadi peer educator.
Semua rangkaian kegiatan ini mendapat dukungan dan sambutan yang baik dari pihak sekolah. Wakil Kepala SMAN 104 Jakarta Timur Drs Carusdi MM yang hadir dalam acara seminar mengungkapkan, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk membekali siswa menjadi remaja yang sehat dan bertanggung jawab.