Universitas Indonesia (UI) melalui Tim Katamataku UI terjun ke masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan mata gratis bagi anak-anak yang tinggal di Komunitas Kusta. Program ini menyasar 105 anak berusia 0 hingga 18 tahun dari 52 keluarga yang telah tinggal lama di Kampung Kusta Sitanala, RT/RW 001/013, Karangsari, Neglasari, Banten, pada 12-13 Desember 2020.
Tim Katamataku UI diketuai dr Yunia Irawati SpM(K) (Fakultas Kedokteran (FKUI) dengan anggota tim terdiri atas para dokter FKUI, dokter gigi Fakultas Kedokteran Gigi (FKG UI), serta para akademisi lintas disiplin ilmu, yaitu dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB UI) dan Fakultas Psikologi UI. Total anggota berjumlah 38 orang.
Dalam pelaksanaannya, Tim Katamataku UI menerjunkan 10 dokter spesialis mata, 8 dokter umum, dan seorang refraksionis dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI-RSCM. Setiap harinya, tim dokter tersebut memeriksa lebih kurang 50 anak dengan maksimal 10 anak yang berada di lokasi pemeriksaan setiap jamnya.
Kegiatan ini berlangsung selama empat jam, mulai pukul 9.00 hingga 13.00. Aksi nyata yang dilakukan oleh sivitas akademika UI ini merupakan bagian dari pengabdian mereka terhadap masyarakat (pengmas).
“Pemeriksaan yang kami lakukan antara lain skrining keluhan mata yang dialami anak melalui anamnesa singkat, pemeriksaan tajam penglihatan anak menggunakan Snellen atau LEA Chart, pemeriksaan autorefraksi, pemeriksaan bagian depan mata sederhana dengan menggunakan slit lamp. Setelah pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, dokter umum, maupun refraksionis mata, setiap kepala keluarga menerima bingkisan berupa sembako dan buku cerita Katamataku seri 1: Mengenal Kusta Seri 1 yang diterbitkan UI Publishing,” ujar Yunia.
Tim Katamataku UI telah konsisten secara berkala dan komprehensif menjalankan aksi nyata bagi masyarakat, khususnya para penyandang kusta. Tahun ini merupakan pelaksanaan program pengmas Tim Katamataku UI tahun ke-5.
“Pada tahun ini kami berfokus pada permasalahan yang menjadi hambatan bagi anak yang tinggal di lingkungan penyintas kusta atau di dekat pasien kusta aktif. Tidak hanya melihat aspek kesehatan fisiknya, kami juga turut memperhatikan aspek kesehatan mental,” imbuh Yunia.
Ia juga mengatakan, kondisi pandemi Covid-19 saat ini, tentunya lebih sulit untuk berkegiatan, tapi pihaknya tetap berusaha semaksimal mungkin agar tetap bisa turun langsung melihat dan membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. Dalam menjalankan kegiatan ini, mereka tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah.
Yunia dan tim berharap agar kegiatan pengmas dari Tim Katamataku UI mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran anak dan orangtuanya mengenai kesehatan mata serta kesehatan gigi dan mulut. Mereka juga berharap agar kegiatan ini dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial anak yang tinggal di komunitas kusta agar sama seperti anak-anak lainnya.
Tim Katamataku UI telah melaksanakan program pengmas yang memprioritaskan pada pengabdian dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, kesehatan, sosial, teknologi, dan lingkungan, khususnya ditujukan bagi komunitas penyandang kusta. Stigma pada Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) menghambat deteksi dini dan menyebabkan diskriminasi. Penyakit kusta masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia, hingga saat ini Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di dunia, setelah India dan Brasil.
Dikatakan Yunia, permasalahan penting yang dialami anak-anak komunitas kusta adalah stigma negatif yang dilekatkan pada mereka. Terdapat narasi dominan yang sering kali mendiskriminasi mereka. Dalam kegiatan tahun ini, tim FIB akan melakukan pelatihan literasi virtual menggunakan metode narrative therapy.
Dalam kegiatan itu, anak-anak melakukan anotasi gambar (menuliskan cerita pada gambar yang kosong), membuat gambar imaji diri, membaca cerita, dan menceritakan impian mereka dalam proyek YouTube “Diriku dan Masa Depanku”. Setiap kelompok anak didampingi oleh mentor. Melalui kegiatan diharapkan dapat membantu anak-anak menemukan narasi alternatif yang lebih positif dan membantu mereka keluar dari narasi dominan yang negatif.
Data Kementerian Kesehatan per 27 Juli 2020 menunjukkan, masih terdapat 8 provinsi yang belum eliminasi kusta. Oleh karena itu, Tim Katamataku UI menaruh perhatian pada permasalahan ini, dan berupaya untuk mengatasinya, sebab kusta tidak hanya menjadi masalah kesehatan nasional, tetapi juga masalah sosial atau lintas sektoral.