Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) berkolaborasi dengan tiga sekolah khusus austisme, yaitu Rumah Autis Bekasi, Lentera Asa (LenSa), dan Puta Fitri menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) berupa program optimalisasi peran orangtua dan guru dalam membantu kemampuan beradaptasi untuk penyandang autis di tengah pandemi Covid-19. Kegiatan ini diikuti 64 orangtua dan guru dari 3 sekolah tersebut.
Kegiatan yang diketuai oleh Ria Utami Panjaitan SKp MKep ini digelar sebanyak 2 kali, yaitu sesi pemberian materi (5 Juni–3 Juli 2020), serta sesi monitoring dan evaluasi (31 Oktober–3 November 2020).
Pemateri dan topik yang diberikan kepada guru dan orangtua, antara lain dari Dr dr Suzy Yusna Dewi SpKJ tentang perlukah terapi psikofarmaka saat anak belajar dari rumah dan optimalisasi peran guru ABK dalam pengayakan kurikulum saat belajar dari rumah. Materi kedua disampaikan oleh Dr Rena Lativa tentang cara mengelola emosi orangtua saat anak belajar dari rumah dan cara mengelola emosi anak saat belajar dari rumah.
Pada materi ketiga, disampaikan Ririn Chaerul Jannah STrKes tentang aktivitas sensori integrasi dengan media yang ada di rumah. Materi keempat disampaikan Prof Achir Yani S Hamid MN DNSc tentang upaya menciptakan keluarga sehat jiwa di tengah pandemi Covid-19.
Pada materi kelima, Ns Riska Amalya Nasution MKep SpKepJ membahas lebih jauh tentang Covid-19; materi keenam disampaikan Ns Ice Yulia Wardani MKep SpKepJ tentang manajemen stres di masa pandemi Covid-19; dan materi terakhir disampaikan Ria Utami Panjaitan SKp MKep tentang kerja sama dalam keluarga saat anak belajar dari rumah.
Pada kegiatan tersebut, Ria dan tim juga melakukan pre test sebelum dimulainya kegiatan serta post test setelah semua kegiatan selesai. “Dari hasil pretest menunjukkan 30 persen kemampuan adaptasi anak autisme normal, 12 persen borderline, 58 persen abnormal. Kemudian setelah mengikuti rangkaian kegiatan pengmas, hasil post test peserta mengenai kemampuan adaptasi anak autisme menunjukkan 34 persen normal, 14 persen borderline, dan 52 persen abnormal,” ujar Ria.
Berdasarkan hasil evaluasi berupa wawancara langsung kepada orangtua dan guru, imbuh Ria, diperoleh respons positif atas kegiatan ini. Para peserta menyatakan bahwa mereka memperoleh manfaat berupa bertambahnya pengetahuan dan wawasan mengenai kesehatan keluarga, penanganan emosi individu dan keluarga, serta bagaimana menghadapi bahaya Covid-19 bagi keluarga dan khususnya pada ABK.
“Selain itu, secara tidak langsung kegiatan ini sangat membantu terutama orangtua dalam meningkatkan kemampuan adaptasi anak mereka,” kata Ria.
Tim Pengmas FIK UI berharap agar kegiatan serupa dapat dilanjutkan oleh pihak sekolah maupun pelayanan lainnya agar dapat meningkatkan kemampuan adaptasi anak autis. Tidak hanya saat kondisi pandemi, tetapi juga diharapkan dapat diterapkan seterusnya.