Kegiatan hari ketiga dibuka Rektor UI Prof Ari Kuncoro SE MA PhD yang menyatakan bahwa pandemi Covid-19 telah memengaruhi setiap aspek kehidupan masyarakat. Namun, pada saat yang sama, pandemi memberikan masyarakat peluang untuk memikirkan kembali cara melakukan berbagai rutinitas.
“Disrupsi ini selayaknya mendorong kita untuk melakukan inovasi, penelitian, dan terobosan karena siap atau tidak, ini adalah era ketika perubahan adalah sesuatu yang niscaya,” ujarnya.
Perubahan juga merupakan kata kunci dalam presentasi Menristek yang berjudul “Putting the Context: Innovation as a Key for Business to Survive during Pandemic”. Ia menjelaskan, masa pandemi ini harus dijadikan momentum untuk melakukan pembiasaan penggunaan teknologi dalam berbagai macam lini di masyarakat.
“Era setelah pandemi akan ditandai dengan kondisi less contact society dan less cash society, dan untuk mempersiapkan era ini, Indonesia harus mengubah paradigma ekonomi dari berbasis sumber daya alam ke arah ekonomi berbasis inovasi teknologi,” kata Bambang.
Less contact economy akan menjadi suatu jalan tengah antara kepentingan kesehatan dengan kepentingan untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, pemerintah selama pandemi ini telah melakukan beberapa hal, di antaranya membangun infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (information & communication technology/ICT).
Menurut Menristek, ICT harus dijadikan salah satu paradigma kebutuhan dasar (basic needs) masyarakat, bukan lagi hanya tentang makanan, air, dan listrik. Selain pengembangan ICT, pemerintah berupaya mengakselerasi inovasi dengan membuat suatu konsorsium riset inovasi yang berisikan akademisi, pelaku industri, dan pemerintah.
Bambang menerangkan, pemerintah harus berperan sebagai penghubung antara dunia industri dengan dunia riset-akademisi. “Selama ini, dunia industri kita hanya fokus pada profit sehingga akhirnya hanya bertindak sebagai trader, yaitu membeli produk luar untuk dijual kembali di dalam negeri, tidak fokus ke arah research & development (R&D). Akademisi kita bergumul dengan dunia risetnya sendiri, tanpa melihat kebutuhan pasar, sedangkan yang paling tahu kebutuhan masyarakat itu dunia industri. Konsorsium ini berusaha mempertemukan kedua hal tersebut.”
Konsorsium riset-inovasi ini terbukti telah sukses menghasilkan sejumlah teknologi tepat guna terkait kebutuhan masyarakat pada masa pandemi. Dukungan juga diberikan pemerintah kepada pelaku industri dengan program tax reduction bagi industri yang melakukan penelitian pengembangan (R&D).
Pemerintah kini juga berusaha mengakselerasi penerapan e-government di pemerintahan, pelatihan digital talent, dan pengembangan technopreneurship. Terkait technopreneurship, Indonesia harus bangga karena ada di posisi kesembilan dunia dalam hal jumlah startup terbanyak yang mendapat pendanaan kelas unicorn. Ia mengharapkan generasi muda para pelaku startup ini akan menjadi the new conglomerate of Indonesia, menjadi wajah ekonomi Indonesia yang baru pada masa depan.
Terakhir, Menristek mengingatkan, penerapan ekonomi berbasis inovasi tidak hanya bermanfaat selama pandemi, tetapi juga akan mengurangi masalah kesenjangan ekonomi. Inovasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi jika diterapkan oleh UMKM untuk memajukan bisnis mereka dalam hal pemasaran dan distribusi sehingga perputaran uang tidak hanya bertumpu pada pengusaha-pengusaha besar.
GNAM Week merupakan ajang pertemuan rutin bagi para mahasiswa dari beragam sekolah bisnis bergengsi di dunia yang tergabung dalam jejaring GNAM dan dilaksanakan secara serentak oleh masing-masing institusi anggotanya.
Tahun ini, Magister Manajemen (MM) FEB UI sebagai salah satu tuan rumah yang rutin menyelenggarakan GNAM Week, mengangkat tema “Innovation in the Pandemic Age: Lessons from Businesses that Successfully Grow”. Diharapkan, para peserta dalam kegiatan ini mendapat perspektif tentang bagaimana pandemi tidak hanya menghadirkan tantangan bagi industri, tetapi juga peluang bagi mereka untuk bertransformasi dan tumbuh.