Pengmas yang dilaksanakan pada akhir 2020 hingga awal 2021 ini bertujuan memberikan solusi dalam penanggulangan dampak pandemi Covid-19 dan banjir pada awal 2021. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program-program DPPM UI pada tahun sebelumnya yang menginisiasi perintisan Kampung Nelayan Bungin sebagai Kampung Eduwisata.
Tim pengmas UI tersebut dipimpin Prof Ir Adi Surjosatyo PhD dibantu Dr Rambat Lupiyoadi dengan anggota dari mahasiswanya. Tim telah berhasil membangun dan menyalurkan listrik melalui energi terbarukan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berupa daur-ulang sampah pantai, jaring ikan, olahan bandeng, kerajinan tangan miniatur perahu, dan sebagainya. Usaha mikro yang dijalankan oleh anak-anak muda dan ibu-ibu nelayan ini dikemas dalam eduwisata Bungin Techno Village.
Usaha pengembangan ini terus berlanjut, terutama di era pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi ketika warga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Masa Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ini sulit untuk mendapatkan bahan dasar sehari-hari, terutama sayuran,” kata salah seorang warga.
Perekonomian yang menurun juga menjadi permasalahan yang dialami warga Kampung Bungin yang salah satu sumber pemasukan bagi warganya berasal dari penjualan tangkapan hasil laut dan wisata lokal.
Tim pengmas UI dan warga Bungin membangun media tanam hidroponik untuk mengatasi permasalahan pangan, terutama sayur, pada masa pandemi dan banjir. Sebelumnya, warga telah mencoba menanam sayuran untuk pengembangan bahan pangan, tetapi ketersediaan air bersih menjadi masalah utama, sehingga terjadi gagal panen.
“Menanam sayur selalu gagal karena kekurangan air bersih. Selain itu, setiap tahun, terjadi banjir rob,” kata Bonyeng, koordinator hidroponik.
Untuk itu, tim DPPM UI mengembangkan teknologi hidroponik yang hemat air, mudah dalam penggunaan, murah, dan aman dari banjir rob tahunan. Saat ini, warga telah berhasil melakukan pembenihan hingga panen tanaman kangkung dan cabai.
“Dari 120 biji yang ditanam, 108 benih yang berhasil tumbuh,” kata Bonyeng, melaporkan kepada tim pengmas UI dengan bersemangat.
Warga Bungin juga menyampaikan kekhawatiran karena kawasan tersebut merupakan daerah wisata pantai sehingga warga khawatir munculnya penyebaran virus. Dalam upaya memutus rantai penyebaran, tim UI membuat tempat cuci tangan untuk wisatawan yang berkunjung. Secara tidak langsung, pada program pengmas ini, UI ikut mengampanyekan kebiasaan baru protokol kesehatan, terutama di area publik, seperti mencuci tangan dengan sabun.