Pada pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) 2023 hari ke dua (Selasa, 9/5/2023) di Kampus Salemba dan Depok, Universitas Indonesia (UI) masih terlihat para orangtua mengantar dan menunggu anak-anaknya selesai ujian. Ini menjadi salah satu potret perjuangan orangtua di balik terselenggaranya UTBK-SNBT.

Di Kampus Depok, ada peserta ujian dan orangtuanya yang sudah standby di lokasi ujian sekitar pukul 6 pagi, sekalipun ujian dimulai pukul 06.45 WIB.Seperti tampak di depan lokasi ujian di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, baik di Gedung 8 dan Gedung 5, para orangtua maupun pendamping peserta ujian duduk di kursi yang disediakan maupun di seputar taman.

Di Gedung 8 terdapat lima ruangan yang dipergunakan sebagai tempat ujian, dengan total 83 peserta ujian hari itu. Dua peserta ujian tidak hadir kemarin.

Sebagai orang tua yang berharap anaknya lolos ujian UTBK-SNBT, kegelisahan maupun perasaan campur-aduk berusaha disingkirkan dengan bertegur sapa menunggu waktu ujian anak mereka usai.

“Saya dari Kelapa Gading, Jakarta Utara,” kata seorang ibu yang duduk di dekat pintu keluar gedung ujian. Ia mengungkapkan, sejak pagi mereka sudah berkendara berangkat dari Kelapa Gading menuju Depok. “Lebih baik menunggu di sini, daripada anak saya telat,” katanya.

Di Balik UTBK-SNBT ada Potret Perjuangan Orangtua
DOK. UI

Tidak jauh dari tempat duduknya, terlihat seorang bapak yang duduk tenang, melipat tangan. Pria bernama FX Didik tersebut mengantarkan anak bungsunya. Sejak subuh, dengan mengendarai sepeda motor, mereka meninggalkan Jakarta Timur.

“Saya seorang supir angkot dari Cipayung,” ujarnya. “Yang ujian ini anak bungsu saya, dari 4 anak. Dia ingin masuk FKUI,” katanya kalem.

Didik berbagi cerita bahwa anaknya yang pertama lulusan S1 dan S2 dari Fakultas Hukum UI. “Sekarang dia sudah membuka biro hukum di daerah Tebet,” ujarnya berbinar, menggambarkan kebahagiaan seorang ayah.

Putra sulungnya itu sudah lulus dan diwisuda pada 2021. Ia sangat mendukung langkah adiknya untuk masuk FKUI. Didik mengatakan, tidak perlu takut akan biaya. Ia sangat meyakini bahwa pendidikan yang akan mengubah nasib seseorang.

“Yang akan menaikkan derajat orang tua adalah anak-anaknya,” kata Didik. Untuk keluarganya, ia rela bekerja keras. Itu dibuktikannya hingga saat ini, masih kuat menyetir bahkan untuk rute Jakarta-Bandung-Jakarta. Padahal, di balik tubuhnya yang mulai menua, selama empat tahun terakhir ia rutin harus mencuci darah dua kali seminggu di Rumah Sakit Atmajaya.

Untuk orang-orang kuat dan meyakini bahwa pendidikan adalah investasi seperti yang ditunjukkan Didik dan para orangtua lainnya.

Kita berharap semoga anak-anak mereka mendapatkan pendidikan terbaik untuk masa depannya. Seperti dikatakan Malcolm X, “Education is the passport to the future, for tomorrow belongs to those who prepare for it today.”

Baca juga: UI Siapkan Tempat Ujian Bagi 53.293 Peserta UTBK-SNBT 2023