Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof AriKuncoro, SE, MA, PhD, mengukuhkan Prof Ir Abdul Wahid, MT, PhD sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Teknik UI, pada Rabu (30/8), di Balai Sidang UI, Kampus Depok. Prosesi pengukuhan ini turut dihadiri oleh Wakil Wali Kota Depok, Ir H Imam Budi Hartono, MSi; Anggota DPD RI dari Jawa Barat, KH Amang Syafrudin, Lc, MM; dan dosen Yeungnam University, Korea Selatan, Prof Moon Yong Lee.

Gelar guru besar tersebut diberikan setelah Prof Abdul menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Advanced Process Control: Jembatan untuk Celah Riset–Industri di Indonesia”. Dalam orasinya, Prof Abdul menyebut bahwa sistem kendali adalah sesuatu yang familiar di kehidupan sehari-hari yang dapat ditemukan di lampu lalu lintas; peralatan rumah tangga seperti mesin cuci dua tabung, oven, dan microwave; bahkan di mainan anak-anak seperti mobil-mobilan yang dijalankan dengan menarik mundur rodanya.

 

Pada lingkup yang lebih besar, sistem kendali dikenal dengan advanced process control (APC). APC merupakan teknik kontrol yang sudah terjamin baik dan banyak digunakan di industri untuk meningkatkan efisiensi operasi unit proses. Ada empat APC utama, yaitu model predictive control (MPC), robust control, adaptive control, dan nonlinear control. Dari keempat APC itu, MPC dianggap sebagai “permata mahkota” teori kendali karena mampu menghitung tindakan kendali yang optimal, tidak hanya berdasarkan pengukuran keadaan sesaat, tetapi juga respons proses yang diantisipasi.

MPC bukan merupakan hasil kerja teoretis yang sumbernya dari penelitian akademis, melainkan implementasi dari industri. Meski demikian, pengembangan riset akademiknya melebihi aplikasinya di industri. Ditambah lagi, revolusi big data yang saat ini terjadi di bidang sains, teknologi, dan masyarakat, akan menantang pemikiran peran data dalam kendali otomatis dan memotivasi penelitian intensif APC.

Penelitian terkait APC ini perlu dilakukan mengingat besarnya peran APC di industri. Untuk meningkatkan pendapatan, industri tidak hanya memilih variabel bebas yang memungkinkan penyediaan produk dengan biaya rendah, tetapi juga perlu menggunakan kendali proses lanjutan (APC) seperti MPC. Oleh karena itu, harus ada jembatan untuk menyambungkan celah riset-industri.

Prof. Ir. Abdul Wahid, M.T., Ph.D

Menurut Prof Abdul, APC khususnya MPC adalah yang paling tepat menjadi jembatan celah riset industri karena telah terbukti berhasil meningkatkan profit, mampu menjawab tantangan-tantangan masa depan, dan mampu mengelola kompleksitas proses dengan kinerja yang sangat baik. Karenanya, periset dan industri perlu melakukan langkah kongkret untuk mentransfer pengetahun dan teknologi MPC.

Komunikasi timbal-balik antara periset dan industri adalah salah satu jembatan yang mampu menyambungkan celah riset-industri. Dengan komunikasi timbal balik, periset akademis mentransfer algoritma baru yang ditemukan kepada industri, sementara industri mentansfer data perkembangan kepada periset akademik. Misalnya, ada produk (software) dari industri yang belum memiliki identifikasi sistem akurat. Periset akademik dapat mentransfer metode baru ke industri, dan industri dapat membagikan informasi terkait kepada publik.

“Ada banyak kisah sukses dari penerapan aplikasi APC di industri. Beberapa di antaranya adalah propane/isobutane splitter (C3/iC4 splitter) Kilang Phillips’ Borger (Texas), industri proses etilena, dan pabrik butadiene di Italia Selatan. Keberhasilan ini seharusnya dapat memicu kita untuk menghasilkan riset yang memiliki dampak signifikan bagi industri dan masyarakat,” ujar Prof Abdul.

Riset terkait APC ini merupakan salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh Prof Abdul. Sebelumnya, ia pernah menulis karya ilmiah berjudul Model Predictive Control with Exogenous Auto Regressive Model to Improve Performance in the CO2 Removal (2023); Multivariable Model Predictive Control to Control Bio-H2 Production from Biomass (2023); dan System Dynamics Modeling for Demographic Bonus Projection in Indonesia (2022). Prof. Abdul menamatkan pendidikan S1 Teknik Gas dan Petrokimia UI pada 1994; S2 Teknik Kimia UI tahun 2001; dan S3 Teknik Kimia, Universiti Teknologi Malaysia, Johor pada 2016.