Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan pidato kunci pada seminar internasional yang dilakukan secara daring bertajuk “Penurunan Stunting: Tantangan dan Kisah Sukses dari Berbagai Negara”, Rabu (18/11/2020). Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dengan Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), Universitas YARSI, dan Institut Gizi Indonesia (IGI).
Muhadjir mengatakan, penanganan stunting tidak mudah, terutama pada upaya mengubah perilaku masyarakat. Stunting tentu menjadi permasalahan yang tidak dapat diabaikan meskipun pandemi tengah melanda dan menimbulkan krisis kesehatan. Pengabaian penanganan masalah stunting akan memberikan risiko di jangka panjang, berdampak ketika memasuki usia produktif.
“Mari, bersama-sama berperang melawan stunting. Stunting terabaikan, risikonya sangat besar untuk jangka panjang. Apa yang kita lakukan, panennya pada 20 tahun yang akan datang, ketika mereka masuk di zona lingkaran merah yaitu usia produktif. Penanganan stunting sangat menentukan masa depan bangsa,” ujar Muhadjir.
Menko PMK juga menyebutkan target capaian penurunan angka stunting pada 2024 menjadi 14 persen (sebelumnya stunting di Indonesia 27,6 persen). Angka 27,6 persen diartikan bahwa dari setiap 10 kelahiran, maka terdapat 3 di antaranya stunting. Stunting sangat berpengaruh pada pembangunan SDM. Arahan Presiden Joko Widodo bahwa stunting harus ditangani dengan serius oleh tim khusus, dalam hal ini kini ditangani oleh BKKBN.
“Stunting tidak hanya urusan kesehatan, tetapi juga urusan pembangunan keluarga. Bagian kesehatan seperti sanitasi, gizi akan terus ditangani, tetapi pada urusan pembangunan keluarga, KB, ekonomi keluarga, perencanaan keluarga, kesehatan reproduksi akan dijalankan BKKBN,” kata Muhadjir.
Dalam penanganan stunting, BKKBN juga akan terlibat dalam persiapan berumah tangga. Muhadjir mengatakan, pihaknya juga fokus menyiapkan skema pembinaan pembangunan dan pengarahan kepada calon pengantin, sebagai upaya untuk mengarahkan agar menikah dalam keadaan siap mental, ekonomi, dan reproduksi.
Lebih lanjut, Muhadjir mengapresiasi komitmen UI serta FKM UI secara khusus yang berperan aktif mengawal program dalam mengatasi stunting.
Hadir dalam seminar internasional ini yakni Prof Ari Kuncoro SE MA PhD (Rektor UI), Prof Dr Endang L Anhari Achadi MPH DrPH (Ketua PDGMI), dan Prof Dr dr Sabarinah Prasetyo MSc (Dekan FKM UI).
Adapun narasumber, yaitu Dr (HC) dr Hasto Wardoyo SpOG(K) (Kepala BKKBN), dr Kirana Pritasari MQIH (Dirjen Kesmas Kementerian Kesehatan), Prof (Em) Soekirman MSc PhD (Ketua KFI dan Dewan Pembina IGI), Prof dr Purnawan Junadi MH PhD (Setwapres), Prof Zulfiqar A Bhutta PhD (The Hospital for Sick Children, Toronto, Kanada), Kristen M Hurley MPH PhD (The Johns Hopkins University, Baltimore, AS), dan dipandu moderator Prof dr Fasli Jalal PhD SpGK. Seminar ini dapat disaksikan kembali di Youtube berikut.
Rektor UI Prof Ari menyampaikan, stunting pada balita dan anemia pada wanita usia subur merupakan masalah gizi yang mendapat perhatian di global. Tidak hanya karena prevalensinya yang tinggi di Indonesia, tetapi juga dampaknya terhadap kualitas SDM hingga tiga generasi ke depan.
“Memperbaiki status gizi periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan atau 1.000 HPK akan memperbaiki kualitas bangsa Indonesia. Bahaya stunting terhadap pencapaian SDG, memberikan dampak ekonomi yang sangat besar. Kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, lembaga, dan masyarakat akan turut mendukung tercapainya target penurunan angka stunting pada tahun 2024,” kata Prof Ari.
Ketua PDGMI Prof Endang menambahkan, kegiatan ini merupakan bentuk kontribusi PDGMI berkolaborasi dengan perguruan tinggi dan institusi lainnya untuk turut berkontribusi terhadap penurunan stunting.
“Stunting merupakan salah satu indikator dari permasalahan lainnya yang lebih serius, seperti kemampuan kognitif anak Indonesia, dan risikonya di kemudian hari terhadap berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular. Penting memperkokoh kesadaran semua pemangku kepentingan akan bahaya akibat stunting terhadap pencapaian SDG, bonus demografi, dan Indonesia emas tahun 2045, dan mengambil pelajaran baik dari negara-negara lainnya,” ujarnya.
Dekan FKM UI Prof Sabarinah mengungkapkan, stunting perlu ditangani secara komprehensif dengan upaya yang terpadu. FKM UI berkomitmen terus mendukung upaya peningkatan status gizi masyarakat dalam mencapai status kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
“Terutama dari perspektif akademis, antara lain dengan menyelenggarakan pendidikan berkualitas agar SDM yang dihasilkan dapat mempercepat penurunan prevalensi stunting, juga edukasi kepada masyarakat, melakukan kajian, dan ikut aktif mengadvokasi berbagai pihak, dari level atas sampai level dasar,” pungkas Prof Sabarinah.