Sepuluh mahasiswa Program Studi Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) berhasil meraih juara 3 dunia pada ajang kompetisi internasional “Metal Cup 2020”. Para mahasiswa tersebut juga berhasil menoreh catatan sejarah, menjadi tim pertama dari Indonesia yang berhasil menembus babak grand final pada kompetisi Metal Cup.

Tim dari UI merupakan tim termuda di antara 75 tim kontestan dari seluruh penjuru dunia—yang didominasi mahasiswa S-2 dan S-3. Kompetisi Metal Cup 2020 berlangsung secara virtual dari Wenzhou, China, pada 17–21 Oktober 2020.

Metal Cup 2020-Gold Season merupakan salah satu kompetisi internasional terbesar di bidang industri metalurgi. Event ini merupakan rangkaian dari kegiatan World Young Engineering Summit 2020 yang diselenggarakan oleh Youth Platform of Professional Metallurgists (YPPM).

Kesepuluh mahasiswa FTUI yang ikut dalam kompetisi tersebut adalah Maurice Efroza Handi (FT’19), Muhammad Farhan Firdaus Trouerbach (FT’19), Timotius Tanusondjaja (FT’19), Gilbert Lesmana (FT’19), Valleta Jovanka Widodo (FT’18), Edela Uswah Dien (FT’18), Muhammad Finsya Indra  Permana (FT’18), Adinda Saraswati Putri (FT’18), Salsabila Syifa (FT’17), dan Muhammad Rauf Usman (FT’17). Mereka bekerja dibimbing dua orang dosen FTUI, yakni Prof Dr Ir Akhmad Herman Yuwono MPhilEng dan Dr Ir Sotya Asturiningsih MEng.

Tim mahasiswa FTUI dalam ajang Metal Cup – Gold Season 2020

Para mahasiswa UI mengusung gagasan berjudul “Indonesia’s Metallurgical Waste as a Means of Geopolymer Concrete Application to Support Sustainable City Planning” sebagai solusi atas permasalahan limbah metalurgi di Indonesia. Tim mengusulkan penggunaan limbah metalurgi (metal slag) seperti nikel, alumina, dan silika dapat diaplikasikan sebagai bahan beton geopolymer yang dapat digunakan dalam pembangunan di Kalimantan dan Sulawesi.

Salah seorang perwakilan tim, Maurice, mengatakan, selama lima tahun penyelenggaraan kompetisi Metal Cup, belum pernah ada tim dari Indonesia yang berhasil masuk ke babak grand final. “Kami sangat berbangga hati dapat mengharumkan nama bangsa dalam kompetisi bergengsi ini. Setiap tim diberikan waktu satu bulan untuk menyusun strategi pengembangan perusahaan di bidang metalurgi berdasarkan data nyata dari perusahaan tersebut.”

Ia melanjutkan, strategi yang telah disusun dalam bentuk proposal proyek kemudian dinilai oleh dewan juri dan dipilih proposal dari 20 tim terbaik untuk berkompetisi secara virtual di babak final. Pada babak final, 20 tim terpilih melakukan presentasi video dan dipilih 10 tim terbaik yang maju ke babak grand final.

“Dan, kami bersyukur bahwa kami mampu mencapai peringkat ke-3 terbaik,” ujar Maurice.

Paparan tim FTUI dalam babak international grand final Metal Cup 2020

Ia menjelaskan, timnya mengambil contoh Kalimantan dan Sulawesi yang tengah melakukan banyak pembangunan daerah pasca-terkena bencana. Selain itu, Kalimantan sebagai calon wilayah daerah untuk pengembangan ibu kota negara baru akan sangat banyak membutuhkan beton dalam pembangunan infrastrukturnya.

Metal slag dapat dijadikan campuran beton karena dapat bereaksi baik dengan solvent dan mampu menahan tekanan hingga 45–50 MPa,” kata Maurice.

Sotya Asturiningsih, dosen pembimbing tim tersebut, memaparkan, dari hasil penelitian tim, campuran ini memang belum bisa diaplikasikan pada pembangunan gedung-gedung tinggi. Meski demikian, hasil campuran beton ini dapat teraplikasi dengan sangat baik bagi pembangunan perumahan, sekolah, tempat beribadah, dan bangunan dengan struktural yang tidak terlalu tinggi.

“Hasil secara keseluruhan dapat dibandingkan dengan campuran beton yang biasa dipakai selama ini atau ordinary portland cement/concrete (OPC),” papar Sotya.

Skor peringkat satu hingga tiga pada ajang Metal Cup Gold Season 2020

Prof Akhmad juga mengungkapkan, prestasi mahasiswa ini sangat membanggakan, mengingat tim FTUI adalah tim termuda yang berpartisipasi dalam ajang tersebut. Sebab, anggota tim dari negara lain kebanyakan adalah mahasiswa program S-2 dan S-3.

“Pencapaian menjadi juara 3, dengan nilai yang hanya terpaut sangat tipis dari juara 2-nya, tentunya menandakan bahwa kualitas mahasiswa kita sangat kompetitif dan mampu bersaing di tingkat global,” pungkas Prof Akhmad.