Empat mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) merancang Automated Integrated Aquaponic (AIA) Greenhouse System. Ini merupakan sistem akuaponik yang mengombinasikan sistem budi daya tanaman (hidroponik) dan sistem budi daya ikan (akuakultur) dalam satu sistem terintegrasi ramah lingkungan.

Rancangan yang tertuang dalam makalah berjudul “Automated Independent Aquaponic (AIA) Greenhouse System” tersebut dipresentasikan di kompetisi Project Management Challange 2020. Berkat rancangan ini, tim FTUI berhasil meraih juara 2 pada kompetisi tahunan Project Management Institute, Indonesian Chapter, 5-7 Februari 2021.

Tim tersebut terdiri atas Anisya Nurpratina (Teknik Lingkungan 2017), M Ramly Novriansyah (Teknik Sipil 2017), Satria Adipradana Parlambang (Teknik Sipil 2017), dan Rizal Firdaus (Teknik Sipil 2017).  Kompetisi yang digelar secara virtual itu diikuti 31 tim dari 14 universitas di Indonesia, Malaysia, dan China.

AIA Greenhouse System menerapkan nutrient film system (NFT) yang membuat mineral yang dihasilkan ikan disirkulasikan kembali untuk diserap tanaman. Sistem tersebut bertujuan meningkatkan sistem pertanian berkelanjutan yang meminimalkan emisi terhadap lingkungan sekaligus meningkatkan efisiensi produksi. Pada area produksi terbatas, diharapkan nantinya akan dapat menghasilkan produk segar dalam jumlah besar.

“Kami menggunakan panel surya untuk menyuplai 50 persen kebutuhan listrik. Kami juga menggunakan sistem rainwater harvesting untuk menjaga pasokan air tetap ramah lingkungan,” ungkap Ramly, Ketua Tim Tirta Arkara FTUI.

Berdasarkan simulasi tim, kata Ramly, untuk setiap 100 meter persegi area produksi, AIA Greenhouse System dapat menghasilkan 754 kilogram sayuran per bulan dan 160—200 kilogram ikan per 10 bulan. Panel tenaga surya yang digunakan dapat menghasilkan daya 225—240 kWh per hari. Dengan biaya diperkirakan sekitar Rp 1,1 miliar, greenhouse sebagai area produksi dapat dibangun dalam jangka waktu 102 hari.

Sistem ini tidak hanya mengatasi masalah keterbatasan lahan agrikultur, tetapi juga persoalan yang timbul dari sistem agrikultur konvensional, yaitu efek rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim. Badan Pusat Statistik pada 2018 menyatakan bahwa luas areal persawahan di Indonesia mengalami penurunan menjadi 7,1 juta hektar dibandingkan dengan 7,75 juta hektar pada 2013.

Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan pemerataan lahan pertanian yang tersedia dapat mengarah pada masalah ketahanan pangan nasional. Pada 2019, Indonesia berada pada urutan ke-62 dari 119 negara di dunia dalam indeks ketahanan pangan yang disusun oleh The Global Food Security Index.

Dekan FTUI Dr Ir Hendri DS Budiono MEng mengatakan, sistem rancangan para mahasiswa ini merupakan kontribusi nyata dari FTUI sebagai alternatif solusi yang dihadapi masyarakat Indonesia. “Harapan kami, AIA Greenhouse System dapat membantu menyelesaikan permasalahan keterbatasan lahan pertanian yang saat ini terjadi di kota-kota besar dan daerah padat penduduk di Indonesia, seperti di Pulau Jawa.”