Menurut Yusuf, ada tiga faktor yang menjadi tantangan dan telah memengaruhi perubahan di pasar kerja nasional maupun internasional. Pertama, perubahan teknologi yang mengarah dari 4.0 ke 5.0. Ini menyebabkan hilangnya banyak pekerjaan sekaligus tumbuhnya pekerjaan baru. Kedua, perubahan pola kerja sebagai dampak pandemi Covid- 19 yang menyebabkan makin banyak pilihan cara kerja, mulai dari Work from Home dan sebagainya. Ketiga, perubahan demografi yang menyebabkan peningkatan arus migrasi pekerja di seluruh dunia. Hal-hal tersebut mengubah pola atau pakem di pasar kerja nasional dan global.
“Sebagai konsekuensinya, perubahan ini mendorong pencari dan pemberi kerja melakukan penyesuaian terhadap pola kerja dan pola hubungan yang ada saat ini,” ujarnya. Perusahaan tidak mudah mendapatkan calon pekerja dengan skill yang dibutuhkan, begitu juga calon pekerja sulit mendapatkan skill tersebut di lembaga pelatihan maupun lembaga pendidikan.
“Oleh karena itu, skema kerja sama kemitraan antara perguruan tinggi dan pemberi kerja untuk mendapatkan talenta terbaik perlu ditemukan dan dialog antara perusahaan dan mahasiswa perlu lebih kerap dilakukan,” kata Yusuf lagi. Menyadari kebutuhan ini, UI melalui Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) menggelar acara UI Employer Forum Partnership Gathering sebagai wadah pertemuan antara UI dengan para mitra pemberi kerja guna menemukan skema kerja sama terbaik dalam memperoleh talenta-talenta terbaik dari lulusan UI.
Forum tersebut dihadiri Wakil Rektor Bidang SDM dan Aset, Prof Dr Ir Dedi Priadi, DEA.; Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof Dr rer nat Abdul Haris; Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi, drg Nurtami, PhD, Sp,OF(K); Sekretaris Universitas, dr Agustin Kusumayati, MSc, PhD; serta berbagai stakeholder dari pemerintah, lembaga negara, publik dan swasta, hingga korporasi nasional dan multinasional.
Menurut Prof Dedi, kemajuan teknologi dan perkembangan digital membuka peluang bagi berbagai pihak untuk melepaskan diri dari model kerja tradisional melalui kolaborasi yang gesit dan produktif. Dalam hal ini, perguruan tinggi menjadi wadah bagi perubahan kebutuhan dunia kerja dengan berfokus pada pengembangan keterampilan transformasi yang meliputi kemampuan bekerja dalam tim, komunikasi tertulis dan lisan, berpikir kritis, pemecahan masalah, literasi digital, serta kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.
Pentingnya peran universitas dalam menyediakan talenta dengan skill yang dibutuhkan dunia kerja sejalan dengan visi UI yang bergerak menuju entrepreneurial university. Berbagai upaya terus dilakukan agar UI dapat menjadi entrepreneurial university yang masuk dalam jajaran 100 universitas terbaik di dunia.
Menurut Prof Dr rer nat Abdul Haris, UI terus bergerak, yang awalnya merupakan universitas pengajaran masuk dalam QS Top 300, kemudian menjadi universitas riset yang masuk dalam QS Top 200. “Ini adalah impian kami. Transformasi universitas yang berasal dari universitas pengajaran ke universitas riset dan ambisi kami menjadi entrepreneurial university. Untuk itu, banyak ide dan kegiatan yang dilakukan oleh teman-teman di fakultas, seperti manajemen reputasi, kerja sama global, rekrutmen sumber daya manusia berkualitas, serta berfokus pada sustainability,” kata Prof Haris.
Untuk menjawab kebutuhan para mitra pemberi kerja, UI membuka berbagai program dan kegiatan, seperti seminar soft skill untuk pro-graduates; perencanaan karir untuk pra- lulusan; Career Counseling (Career Clinic); kuliah alumni; Career Talk (CEO Talk); Career Coaching; konsultasi kepemimpinan wirausaha; kerja sama dengan perusahaan dalam seminar karir dan kuliah tamu; serta kerja sama dengan ILUNI dan BEM UI.
Direktur DPKHA UI, Ir Ahmad Syafiq, MSc, PhD, mengatakan, “Para mitra dapat memilih satu atau banyak program yang diminati. Tentunya program-program ini ditujukan untuk meningkatkan relasi para mitra pemberi kerja dengan calon lulusan terbaik UI.”