Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen pada 2022. Menurut data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), angka stunting di Provinsi Banten saat ini berada di peringkat 5 besar angka stunting nasional. Hal ini tentu perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, tenaga kesehatan maupun para pengabdi masyarakat.

Berlatarbelakang hal tersebut, tim Fakultas Farmasi (FF) Universitas Indonesia (UI) melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) untuk memberikan edukasi kepada ibu hamil di Badui, Banten. Edukasi ini mengenai pentingnya peduli asupan makro dan mikronutrien pada makanan yang mereka konsumsi. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu (22/07/2023) dan dihadiri oleh Tim Pengmas FFUI yang diketuai oleh Dr apt Santi Purna Sari, MSi dan beranggotakan 3 orang yang terdiri dari Dosen dan Tenaga Kependidikan FFUI.

Tim pengmas bersama tenaga kesehatan (nakes) turun lapangan ke Kampung Cisadane serta Batu Belah Kecamatan Bojongmanik, Kabupaten Lebak Badui Propinsi Banten, dan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada para ibu hamil dan menyusui. Selain itu juga tim pengmas dan nakes mengedukasi tentang asupan sehat berupa makronutrien (terdiri dari karbohidarat, protein, lemak) dan mikronutrien (terdiri dari vitamin, dan mineral seperti kalsium, asam folat, zat besi) kepada ibu hamil dan menyusui sekaligus pemberian susu dan multivitamin.

Berdasarkan data di lapangan, lebih kurang 30-50 persen balita di Badui mengalami stunting dengan berbagai masalah kesehatan. “Penyebab kondisi ini antara lain akibat kurangnya asupan makronutrien dan mikronutrien sejak anak dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Pola pengasuhan sejak 1000 hari pertama kehidupan yang merupakan periode emas perkembangan organ-organ vital pada anak merupakan kunci penanganan masalah stunting. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberian edukasi khusus pada ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (bumil resti) untuk mencegah stunting,” ujar apt Santi.

Kehamilan risiko tinggi yang ditemukan di wilayah ini antara lain usia ibu hamil kurang dari 20 tahun, jumlah anak 3 orang atau lebih dengan jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dengan berat badan ibu kurang dari 45 kilogram sebelum kehamilan. Pernikahan yang terlalu dini menyebabkan organ reproduksi ibu hamil belum matang perkembangannya. Ini berarti belum siap untuk terjadi kehamilan. Akibatnya jika terjadi pembuahan, pertumbuhan janin berpotensi untuk tidak sempurna, termasuk penyerapan nutrisi ke janin dan ibu hamil tersebut.

Untuk memudahkan pemahaman beberapa bumil resti yang tidak memiliki kemampuan baca tulis, Tim Pengmas memberikan edukasi asupan makronutrien dan mikronutrien menggunakan poster edukasi yang didominasi dengan ikon dan gambar. “Cegah stunting sejak dalam masa kehamilan dengan cara penuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan 5 J, yaitu Jumlah kalori, Jadwal Makan, Jenis makanan, Jalur pemberian nutrisi dan penJagaan terhadap pelaksanaan” ujar apt Santi.

Ibu hamil dapat mengetahui status nutrisi dan penyakit yang dialami selama masa kehamilan dengan melakukan pemeriksaan rutin ke dokter atau bidan yang terdapat di wilayah tersebut. Selain pemberian edukasi, tim juga memberikan susu khusus ibu hamil, vitamin c, vitamin khusus ibu hamil dari PT Novell Pharmaceutical Laboratories dan krim untuk mengatasi pegal-pegal dari PT Taisho Pharmaceutical Indonesia, karena Ibu hamil rentan mengalami nyeri sendi dan pegal. Pada kegiatan ini, tim dari FFUI juga bekerja sama dengan Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI), Sahabat Relawan Indonesia (SRI) dan Apoteker tanggap Bencana (ATB) PD IAI Banten.

Tim pengmas dan nakes di Badui berharap kegiatan seperti ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dan bersinergi dengan instansi lain baik pemerintah, swasta maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sehingga kasus stunting ini dapat dicegah.