“Setiap tahun, produksi sampah makanan Indonesia yang hampir mencapai 21 juta ton menyebabkan kerugian ekonomi setara 5 persen Product Domestic Bruto (PDB). Belum lagi dampaknya bagi lingkungan dan sosial,” kata Wahyu Jatmiko, PhD, dosen Universitas Indonesia (UI). Tergerak melihat kondisi tersebut, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI kembali mengadakan program pengabdian masyarakat (pengmas), dengan tujuan memberi pengenalan konsumsi berkelanjutan kepada para pelajar SD di Jakarta. Kegiatan tersebut bekerja sama dengan komunitas Green English, diikuti oleh 28 siswa dasar di wisata agrikultur Inagro Bogor dan didukung oleh Sekolah Kepemimpinan Sejati Saung Quran AlBarokah.

Limbah sisa makanan mayoritas berasal dari rumah tangga, menjadi isu yang belakangan ini sangat marak di tengah masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan individu seperti mengonsumsi porsi makan yang berlebihan, membuat makanan dalam porsi besar, dan membeli makanan yang ternyata
tidak disukai.

Ketua Tim Pengmas, Wahyu Jatmiko, PhD mengatakan bahwa mereka menyadari pentingnya menanamkan mindset konsumsi berkelanjutan sedini mungkin. Mindset konsumsi yang benar dapat mengurangi beban pengolahan sampah nasional. Mengurangi konsumsi yang mubazir adalah kunci dari konsumsi berkelanjutan.

Kegiatan ini menggunakan pendekatan Outdoor Envinronmental Education, yang memberikan ruang untuk para pelajar belajar ekonomi berbasis lingkungan di alam secara langsung. Metode Outdoor Envinronmental Education dipilih agar pelajar dapat melihat dan merasakan secara langsung rantai produksi makanan, mulai dari menanam, memupuk, dan memanen.

Para pelajar mendapat kesempatan untuk terlibat dalam proses pembuatan pupuk kompos dan pengelolaan limbah organik dengan maggot. Maggot adalah hewan yang rakus dalam hal makan, di mana pakan maggot berupa sampah organik yang dapat mencapai 1 kilogram per hari. Para peserta juga dilatih untuk mengambil makan secukupnya dan menghabiskan makanan yang telah diambil sebagai bentuk tanggung jawab dalam melakukan konsumsi.

“Kami percaya bahwa pembelajaran luar kelas menjadi komplemen penting dari metode pengajaran klasik di dalam kelas. Pelajar mendapatkan kesempatan untuk langsung eksplorasi dan bereksperimentasi di lingkungan sekitarnya,” ujar Nadiyah Amatul Haq, pendiri komunitas Green English pada kegiatan yang berlangsung pada akhir Juli lalu.

Selain Wahyu, anggota tim pengmas FEB UI lainnya adalah Nur Dhani Hendranastiti, PhD, dan Azizon. Melalui kegiatan ini, diharapkan pelajar tingkat sekolah dasar dapat memiliki pemahaman ekonomi berwawasan lingkungan yang baik. “Terutama dalam hal konsumsi berkelanjutan guna mendukung SDG 12 (Sustainable Consumption and Production) dan SDG 13 (Climate Action),” ujar Wahyu.