Peningkatan intensitas cuaca panas ekstrem yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia telah menimbulkan banyak keluhan dan perhatian dari masyarakat. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu maksimum terukur hingga akhir September 2023 di beberapa wilayah berada di kisaran 35,4 hingga 38 derajat Celsius pada siang hari. Sebagian besar wilayah Indonesia terutama di selatan ekuator masih mengalami kemarau, dan sebagian lainnya mulai memasuki peralihan musim pada periode Oktober-November, sehingga BMKG memprediksi kondisi cuaca cerah masih akan terus mendominasi pada siang hari.

Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, SpPD, K-GEH, FACP, FACG, FINASIM Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), mengatakan bahwa masalah utama yang akan terjadi pada orang yang terpapar suhu tinggi ini adalah dehidrasi. Pada keadaan dehidrasi seseorang akan mengalami kekurangan cairan, merasa haus, serta kulitnya menjadi kering dan sensitif sehingga dapat menimbulkan iritasi dan reaksi alergi.

Kondisi panas ini tentunya patut diwaspadai masyarakat karena dapat menimbulkan efek kesehatan yang serius. Efek kesehatan akibat tekanan panas pada seseorang dapat berupa gangguan fungsi organ tertentu dan mengakibatkan berbagai jenis heat-related illness atau gangguan terkait panas. Jenis heatrelated illness yang paling berbahaya adalah heat stroke atau sengatan panas.

“Tekanan panas yang tinggi ini bisa menyebabkan heat stroke, sebuah kondisi di mana orang akan mengalami dehidrasi, kekurangan cairan, kering, dan bisa sampai menyebabkan kurang kesadaran. Jadi, hal ini memang harus dihindari. Heat stroke akan berdampak kepada organ-organ tubuh secara keseluruhan. Apabila ketika dehidrasi tidak diimbangi dengan minum, maka organ ginjal yang akan terdampak oleh kondisi tersebut,” ujar Prof Ari.

Menurut Prof Ari, kelompok yang paling terdampak dan rentan mengalami heat stroke adalah orang-orang berusia lanjut. Oleh karena itu, kelompok lanjut usia (lansia) harus dihindari terpapar langsung udara panas ekstrem yang disertai dengan kelembaban udara yang tinggi ini. Lebih lanjut, heat stroke juga menyerang para pekerja yang harus berkegiatan di luar ruangan. Apabila harus terpapar dengan udara panas, Prof Ari mengingingatkan pentingnya menjaga konsumsi air putih yang cukup.

“Secara umum, jumlah konsumsi air memang disebutkan 8 sampai 10 gelas per hari, tetapi dengan kondisi dehidrasi yang saat ini banyak terjadi, kita harus bisa meningkatkan sampai 3 liter per hari. Ini tentu juga bergantung pada aktivitas kita. Apabila aktivitas kita sering berada di luar ruangan dan terpapar panas, apalagi sampai berkeringat, jumlah cairan di dalam tubuh juga harus ditingkatkan,” kata Prof Ari.

Masyarakat juga perlu berhati-hati dalam mengatur strategi berkegiatan di luar ruangan, salah satunya saat ingin berolahraga. Prof Ari menyarankan masyarakat untuk berusaha berolahraga di pagi hari sebelum sinar matahari menjadi terang. Berolahraga di bawah terik matahari akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi. Panas yang menyengat juga bisa menimbulkan nyeri kepala dan gangguan pada kulit.

Prof Ari mengatakan, “Kalau memang memungkinkan, berolahraga di dalam ruangan tentu menjadi hal yang terbaik saat ini. Akan tetapi, di satu sisi, kita tentu perlu juga udara segar, maka usahakan berolahraga pada pagi hari sekitar jam 6 sampai jam 7 pagi.”