Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) yang diketuai Tiara Amelia SKM MSc (dosen Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI) berkolaborasi dengan dokter di Puskesmas Kebayoran Baru memberikan pelatihan pencegahan stunting, dan praktik mendeteksi anak yang mengalami stunting.
Cara mendeteksinya menggunakan alat peraga cakram gizi bagi para kader kesehatan di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Kegiatan pelatihan tersebut berlangsung secara virtual pada 10 November 2020. Narasumber yang hadir, yakni Ir Siti Arifah P MPH (pengajar Departemen Gizi FKM UI), dr Dina Evariyana B MKM (dokter Puskesmas Kebayoran Baru), Puput Primasti SKM MKM (penggiat Promkes), dan dr Adi Sasongko MA (ahli pemberdayaan masyarakat, pengajar Departemen PKIP FKM UI). Acara ini diikuti 30 orang kader kesehatan.
Menurut Tiara, berdasarkan data tahun 2017, angka stunting di Indonesia masih tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 29,6 persen, dan Kepulauan Seribu menduduki posisi teratas untuk persentase stunting di DKI Jakarta, yakni 12,8 persen. Sayangnya, kata Tiara, edukasi pencegahan stunting turut terdampak akibat pandemi Covid-19.
Sebagai contoh, pelatihan bagi kader kesehatan terhambat akibat tidak bisa lagi dilakukan secara tatap muka. Itu sebabnya, Tiara dan tim berkolaborasi dengan Puskesmas Kebayoran melakukan terobosan pelatihan virtual pencegahan stunting dengan menggunakan alat peraga cakram gizi yang telah dikirimkan melalui jasa kurir, seminggu sebelum pelatihan.
“Kader kesehatan memiliki peran yang sangat penting sebab mereka adalah garda terdepan untuk menyentuh masyarakat sehingga harus selalu kita bina. Dampak stunting tidak langsung terlihat di depan mata, tetapi berakibat buruk pada generasi muda bangsa pada 10 hingga 15 tahun ke depan. Oleh karena itu, meskipun pandemi Covid-19 tengah melanda, kami terus berkomitmen mengedukasi kader kesehatan di Pulau Panggang agar tetap mengawal masyarakat dalam mencegah stunting,” ujar Tiara.
Para kader kesehatan terlibat penuh mulai dari sesi awal hingga akhir acara. Menurut Tiara, berdasarkan evaluasi pre-test dan post-test yang dilakukan kepada peserta, menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan. Nilai rata-rata pre-test adalah 65, sedangkan pada post-test, meningkat menjadi 83.
Tiara menambahkan, pelatihan berlangsung dengan pemaparan materi untuk dapat mengerti dan memahami mengenai pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan untuk pencegahan stunting dan dapat mendeteksi anak yang mengalami stunting.
“Pemanfaatan alat peraga cakram gizi membuat materi tersampaikan dengan baik karena peserta langsung dapat mempraktikkan hal yang disampaikan oleh narasumber,” terang Tiara.
Menurut Halima, salah seorang peserta pelatihan daring pencegahan stunting, dengan adanya pelatihan ini, para kader kesehatan menjadi mampu berkomunikasi lebih baik dan percaya diri saat berhadapan dengan para ibu.
“Melalui pelatihan ini, kami jadi memiliki tambahan ilmu untuk mendeteksi dan mencegah sedini mungkin balita dan anak yang mengalami stunting sehingga belum terlambat untuk dikoreksi pertumbuhan dan perkembangannya,” kata Halima.
Setelah pelatihan selesai, Tim Pengmas FKM UI juga tetap memantau aksi para kader kesehatan dalam memberikan penyuluhan kepada para ibu dengan menggunakan media promosi stunting. Pelatihan yang dilakukan tim pengmas FKM UI diharapkan dapat menjadi kontribusi konkret dan solusi dalam mendukung program pemerintah untuk menurunkan angka stunting di Kepulauan Seribu.
“Kami juga berharap, kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi para pemangku kebijakan untuk melakukan pelatihan secara online kepada para kader pada masa pandemi sebab terbukti tetap dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader,” pungkas Tiara.