Para akademisi Universitas Indonesia (UI) menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasi dalam menghadapi potensi lonjakan kasus Covid-19 pada akhir tahun. Daftar rekomendasi kebijakan tersebut disampaikan pada seminar daring bertajuk “Liburan Akhir Tahun dan Pandemi Covid-19”, Senin (21/12/2020).
Penelitian dan rekomendasi tersebut dilakukan dan disampaikan Tim Sinergi Mahadata UI Tanggap Covid-19 yang terdiri atas anggota lintas disiplin ilmu, dan diketuai Prof Dr dr Budi Wiweko SpOG(K) MPH, Vice Director IMERI FKUI.
Pesan utama yang disampaikan Tim Sinergi Mahadata UI Tanggap Covid-19 adalah agar masyarakat bersama-sama menjaga supaya tidak terjadi peningkatan kasus pada liburan akhir tahun. Menurut dr Damar Susilaradeya MRes PhD (Wakil Ketua Tim Sinergi Mahadata UI dan peneliti Klaster Medical Technology FKUI), berdasarkan hasil analisis data mobilitas kerja sama UI dengan Facebook Data for Good, selalu terdapat peningkatan mobilitas pada saat liburan yang kemudian diikuti dengan lonjakan kasus Covid-19.
“Maka, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melindungi diri dan sekitar kita walaupun mungkin bosan, untuk menjaga keselamatan bersama dengan menghindari kerumunan serta mematuhi protokol kesehatan dengan sebaik-baiknya,” kata Damar.
Adapun rekomendasi dari Tim Sinergi Mahadata UI Tanggap Covid-19 sebagai berikut.
- Mengurangi cuti bersama untuk mengurangi pergerakan penduduk antarkota/provinsi.
- Meningkatkan tes, pelacakan, dan isolasi kasus Covid-19.
- Membuat dan mengevaluasi kebijakan yang membatasi mobilitas masyarakat untuk mengurangi laju peningkatan kasus.
- Perlu perhatian khusus untuk mengurangi laju peningkatan kasus di akhir tahun ini mengingat kapasitas rumah sakit—yang mencakup tidak hanya tempat tidur, alat kesehatan, atau obat, tetapi juga tenaga kesehatan—yang terbatas.
- Memberikan pesan edukasi:
- Tidak keluar rumah kecuali untuk kegiatan yang sangat penting (misal harus bekerja untuk memperoleh penghasilan).
- Jika harus keluar rumah, selalu menaati protokol kesehatan dengan konsisten dan benar.
- Melakukan pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan di tempat umum.
- Perlu komunikasi publik yang intensif dengan menggunakan semua media komunikasi dan pelibatan masyarakat.
- Pemahaman masyarakat tentang Covid-19 masih banyak yang salah. Salah satu contohnya adalah masyarakat belum paham bahwa risiko penularan Covid-19 lebih tinggi di ruang tertutup dari pada di ruang terbuka.
- Masyarakat sosiekonomi rendah memerlukan perhatian ekstra untuk diberikan edukasi mengenai bahaya Covid-19.
- Saat ini, memakai masker, menjaga jarak dengan orang lain, dan sebisa mungkin tinggal di rumah merupakan pilihan moral: cara terbaik untuk kita mencegah menyakiti diri sendiri dan orang lain. Kurangi risiko tertular Covid-19.
- Masalah kesehatan jiwa dapat memengaruhi kepatuhan seseorang terhadap protokol kesehatan. Kita perlu belajar mengelola rasa bosan dan kesepian, agar dapat merasa nyaman dengan apa yang ada di sekeliling kita saat ini sehingga mencegah timbulnya ansietas dan depresi.
- Perlu strategi untuk meningkatkan kepercayaan terhadap masyarakat terhadap tenaga kesehatan (nakes) dan pemerintah.
- Memilih dengan saksama tokoh otoritas selain pemerintah dan nakes sebagai penyampai pesan sebab bisa menjadi bumerang. Pesan akan lebih baik jika datang dari asosiasi profesi nakes dan instansi pemerintah.
- Terlepas dari dampak resesi dari pandemi, proporsi masyarakat yang hendak berlibur akhir tahun tidak sedikit. Tentu saja hal ini berpotensi meningkatkan transmisi dan untuk itu diperlukan mitigasi yang matang.
- Dari temuan lapangan, masyarakat terkonfirmasi mengurangi pola konsumsinya, terutama untuk barang-barang sekunder dan tersier. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah terutama insentif untuk sektor ritel non makanan agar terbantu pada saat pandemi.
- Kebijakan regulasi masih menjadi hal strategis (utama) agar efektivitas program 3M dapat dilaksanakan dengan baik. Pengaturan yang rigid mengenai hal ini, dilekati dengan sanksi menjadi dorongan yang memaksa masyarakat untuk patuh terhadap norma yang sifatnya paksaan (imperatif) ketimbang pilihan (fakultatif).
- Norma paksaan (imperatif) dilekati dengan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran, diharapkan dapat mendisiplinkan masyarakat untuk melaksanakan 3M.
Kegiatan penelitian ini berjudul “Evaluasi Pergerakan, Perilaku, dan Penerapan Aturan dalam Pelaksanaan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) berbasis Maha Data Geospasial: Peta Skoring PSBB Indonesia” ini didukung oleh dana Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Tahap 2 dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Wakil Rektor UI Bidang Riset dan Inovasi drg Nurtami PhD SpOF(K) menyampaikan bahwa policy brief UI merupakan bentuk komitmen UI sebagai guru bangsa untuk terus menjadi mitra pemerintah dalam upaya menanggulangi pandemi Covid-19 dan memulihkan perekonomian nasional.
Tim Sinergi Mahadata UI sebelumnya telah melakukan dua penelitian. Pertama, pengembangan peta mobilitas. Kedua, kuesioner nasional perilaku kesehatan dan dampak sosial Covid-19.
Tim juga telah melakukan penyebaran kuesioner nasional terkait perilaku kesehatan dan dampak sosial Covid-19 didapatkan bagaimana perilaku 3M masyarakat, pengetahuan dan kepercayaan mengenai Covid-19, persepsi risiko, kesehatan jiwa, kepercayaan terhadap sumber pemberi informasi, perubahan pendapatan, pola konsumsi, dan penerapan hukum.