Indonesia merupakan negara keempat di dunia yang memiliki jumlah pengguna internet tertinggi (77 persen dari jumlah total populasi) menurut we are social dalam laporan “Digital 2023”. Lebih dari 150 juta orang penduduk Indonesia aktif menggunakan media sosial dan sebanyak 178 juta orang membeli barang konsumsi melalui internet.

Melihat potensi itu, Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan (DPPM) Universitas Indonesia (UI) kembali terjun ke Sembalun, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Sebelumnya, pada tahun 2019 dan 2022 sudah pernah ke wilayah tersebut.

Tujuannya adalah sebagai bentuk dukungan kepada pelaku Usaha Mikro Kecil (UMK) dalam upaya meningkatkan akses pasar melalui penggunaan strategi digital. Kegiatan ini juga sekaligus memberikan pembelajaran digital marketing bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan harapan akan mampu mendorong pertumbuhan dan keberlanjutan usaha lokal.

Pandemi dan pascapandemi memberi dampak bagi para pelaku UMKM. Sebagian dari mereka mampu bertahan, namun ada yang terpaksa gulung tikar karena sulitnya perekonomian. Selain persaingan dengan usaha lain, para pelaku UMKM juga harus mampu meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan. Strategi dan materi digital marketing diharapkan mampu menciptakan sustainability usaha agar dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Inovasi digital pada kondisi seperti ini dapat memberi manfaat maksimal untuk efisiensi dan keberlangsungan usaha bagi para pelaku UMKM. Tim Pengabdi DPPM UI yang terdiri dari Dr Rambat Lupiyoadi, Dr Anna Amaliyah, dan Amirah Hana membimbing 25 peserta untuk bersama-sama membangun platform pasar digital “Pken Sembalun” atau yang diterjemahkan sebagai “Pasar Sembalun”. Platform ini merupakan sebuah local business marketplace yang bertujuan untuk
mempromosikan dan menghubungkan produk-produk dari UMK di daerah Sembalun dengan calon pembeli.

“Kehadiran platform digital ini diharapkan akan mempermudah UMKM dalam mencapai pasar yang lebih luas dan meningkatkan keberlangsungan usaha mereka,
terutama bagi turis dan wisatawan asing yang pergi ke Sembalun,” ujar Dr Anna Amaliyah. Menurutnya, acara ini memiliki dampak positif dalam hal keberlanjutan usaha. Dukungan yang diberikan kepada pelaku UMKM tidak hanya membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan digital, tetapi juga dalam menciptakan alur bisnis yang lebih berkelanjutan dalam era digital saat ini.

Program pelatihan dan pendampingan kewirausahaan digital tersebut bekerja sama dengan United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women (UN Women), yaitu organisasi PBB yang berdedikasi untuk memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di seluruh dunia. Kegiatan ini telah dimulai dengan kegiatan pelatihan pada 22-23 Agustus dan terselenggara untuk pelaku UMKM terutama dari kalangan mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI). Program akan berlanjut dengan pendampingan hingga bulan November 2023.

Pada kesempatan itu, tim dari UN Women juga memberikan sesi khusus mengenai gender dalam kewirausahaan. Sesi tersebut bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran mengenai konsep gender sehingga para pelaku usaha dapat menerapkan prinsip keadilan gender dalam bisnis mereka. Hal ini sejalan dengan upaya untuk memastikan bahwa pemberdayaan ekonomi tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga memperhitungkan dimensi sosial yang penting.

Sejumlah peserta dari berbagai latar belakang berbagi pandangan mereka terkait acara ini. Mantara, seorang warga lokal, mengungkapkan, “Pelatihan ini sangat
diperlukan oleh pelaku UMKM di Sembalun. Produk sudah ada, tetapi masalah pemasaran masih menjadi kendala.”

Sementara itu, Ida, seorang pelaku UMKM lainnya, mengatakan, “Biasanya ilmu yang didapat dari pelatihan bisa terlupakan, tetapi pelatihan ini memberikan hasil luar biasa mulai dari bahan branding logo hingga akses pasar melalui website.”