Melalui Peraturan Presiden (Perpres) No 63 tahun 2020, Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ditetapkan sebagai salah satu dari 62 daerah tertinggal di Indonesia. Kabupaten Belu memiliki luas wilayah 1.284,94 kilometer persegi terdiri dari 12 kecamatan, 12 kelurahan, dan 69 desa, serta berbatasan langsung dengan Republik Demokratik Timor Leste.

Kabupaten Belu memiliki potensi cukup besar di bidang perikanan, tetapi belum diolah menjadi produk yang berdaya jual. Hasil tangkap yang diperoleh kelompok pengelohan hasil perikanan dijual langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Oleh karena itu tim pengabdian Masyarakat (pengmas) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) melihat peluang untuk mengembangkan berbagai produk olahan makanan berbahan dasar perikanan yang cukup besar dan dapat menjadi produk olahan khas Kabupaten Belu.

Ketua Tim Pengmas FEB UI Dr Rifelly Dewi Astuti, SE, MM, mengatakan, secara geografis letak Kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan Negara Demokratik Timor Leste juga memberikan peluang sekaligus tantangan. Kabupaten Belu menjadi daerah transit para pelancong atau pebisnis dari Timor Leste ke Kupang, atau sebaliknya. Ditambah, di ibukota Kabupaten Belu, yaitu Atambua memiliki bandara dengan mengoperasikan pesawat ATR menuju Kupang.

 

“Berdasarkan hal ini, produk pangan olahan ikan khas Belu memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai produk oleh-oleh dari Belu. Pengembangan produk khas ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Kabupaten Belu, sehingga peningkatan perekonomian masyarakat dapat tercapai seperti yang tercantum pada tujuan daerah Kabupaten Belu,” ujar Dr Rifelly.

Kegiatan pengmas ini dihadiri 80 peserta dan pelatihan dilaksanakan dengan delapan kelompok ibuibu pengolah hasil perikanan dari Desa Jenilu, Kenebibi, dan Silawan, Kabupaten Belu, NTT. Adapun pelatihan yang diberikan oleh tim pengmas FEB UI terkait manajemen pengelolaan usaha, di antaranya kewirausahaan, perijinan usaha, sertifikasi halal, produksi, pemasaran dan pemasaran digital, keuangan usaha, dan keuangan rumah tangga.

Acara yang berlangsung pada 1-4 Agustus 2023 ini terdiri dari Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak Dinas Perikanan, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Sekretariat daerah, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Belu, NTT. Pada tahap ini juga dilakukan identifikasi tingkat pemahaman dan kemampuan kelompok. Kemudian tim pengmas menyusun modul pelatihan dan persiapan material yang melibatkan seluruh tim di Kampus UI Depok.

Tahapan paling penting adalah pelaksanaan pelatihan, termasuk evaluasi pre dan post. Pelatihan dilakukan dengan metode interaktif, menggunakan praktik yang melibatkan peserta secara aktif. Pada sesi pelatihan, peserta juga belajar menyusun desain, membuat akun sosial media, dan konten promosi produk. Setelah pelatihan, dilakukan pendampingan pada kelompok untuk mempraktikan hasil pelatihan, monitoring serta evaluasi kelompok usaha, yang bertujuan untuk menentukan keberlanjutan dari program di masa mendatang.

“Kami memiliki kendala kurangnya pemahaman terkait pemasaran dan kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM) kelompok dalam melakukan pengelolaan usaha. Saat ini produk pangan olahan khas Belu adalah abon ikan dan ikan kering,” kata Adriana Funan, salah seorang mitra dalam kegiatan pengmas FEB UI yang bertajuk ”Gerakan Pengembangan Produk Pangan Olahan Perikanan sebagai Produk Khas Daerah dalam Upaya Percepatan Pengentasan Daerah Tertinggal di Kabupaten Belu, NTT”. Ia mewakili penerima manfaat lainnya merasa terbantu dengan hadirnya tim pengmas FEB UI dalam memberikan solusi atas permasalahan bagi masyarakat di lokasi kegiatan.

“Kegiatan pengmas ini tidak terhenti disini, berkat kerja sama UI dengan PT Pertamina dan Pertamina Foundation, maka pada program selanjutnya kami akan memberikan bantuan sarana atau alat produksi. Pengmas ini juga sejalan dengan dua poin dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu SDG 1 dan 8,” ujar Rr Ratih Dyah Kusumastuti, PhD, salah seorang anggota tim. Anggota tim pengmas lainnya terdiri atas Viverita, PhD.; Dr Ir Tengku Ezni Balqiah, ME., MH.; Dr Dwi Nastiti Danarsari; dan Gita Gayatri, PhD. Sementara itu, turut ikut dua mahasiswa FEB UI, yaitu Aththar Athaillah dan Gading Vernanda.