Kampoeng Dolanan Nusantara yang terletak di Dusun Sodongan, Desa Bumiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah merupakan salah satu komunitas adat yang berhasil mengumpulkan kembali seni dan tradisi masa lalu yang kini mulai hilang. Komunitas ini mampu menghidupkan kembali berbagai kesenian, mulai dari permainan anak tradisional hingga kesenian tari dan musik rakyat Magelang.
Namun, meski kesenian rakyat berhasil dihidupkan kembali, kesenian tersebut masih dinikmati oleh kalangan masyarakat sekitar saja. Oleh karena itu, untuk memperluas daya jangkau kesenian daerah hingga ke masyarakat internasional, Universitas Indonesia (UI) melalui Makara Art Center (MAC) melakukan
pendampingan pada komunitas adat Kampoeng Dolanan Nusantara. Rangkaian kegiatan pendampingan itu dilaksanakan pada 15–16 September 2023, di Kampoeng Dolanan Nusantara, Kabupaten Magelang.
Kepala MAC UI, Dr Ngatawi Al-Zastrouw, yang menjadi ketua pelaksana kegiatan tersebut menyebut bahwa upaya pendampingan pada komunitas adat perlu dilakukan karena saat ini, seni dan budaya daerah masih menjadi “benda langka”. Padahal, menurutnya, jika dimanfaatkan dengan baik, kesenian dapat menjadi media edukasi bagi masyarakat, bahkan menjadi “produk komersil” yang mampu membangkitkan perekonomian masyarakat.
Dalam pendampingan yang dilakukan, Tim MAC UI mendatangkan beberapa narasumber untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang bagaimana mengelola event agar seni lokal dapat dikenal dan dinikmati oleh masyarakat internasional. Yusuf Muji Raharjo selaku pelaku seni yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut mengatakan bahwa agar dikenal oleh masyarakat internasional, kesenian harus di-branding dengan tepat.
“Misalnya untuk penamaan Kampoeng Dolanan Nusantara, itu terlalu luas dan tidak mudah dikenal orang. Kita harus memahami apa yang dikenal oleh masyarakat dunia tentang Indonesia. Para wisatawan asing lebih mengenal Bali dan Borobudur daripada Indonesia dan Magelang. Maka dari itu, kata Nusantara dalam penamaan komunitas seni ini akan lebih baik jika diganti dengan Borobudur karena masyarakat dunia dapat langsung memahami asal kesenian tersebut,” ujar Yusuf.
Ia juga mengimbau agar masyarakat dapat memanfaatkan sosial media untuk mempromosikan permainan tradisional yang ada di Magelang. “Jangan hanya mengunggah foto-foto permainan tradisional, tetapi kita juga harus menunjukkan bagaimana cara memainkannya. Dengan menampilkan video tutorial dan video testimoni, orang tentu akan lebih tertarik datang ke sini untuk mencoba pengalaman bermain permainan tradisional,” kata Yusuf menambahkan.
Selain memberikan pemahaman tentang pentingnya melakukan branding dan promosi, salah seorang narasumber yang juga merupakan pelaku seni, Reno Sarah, memberi edukasi tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan sebuah event. Tak hanya memberikan teori, Sarah juga memberi pengalaman secara langsung kepada para pelaku seni daerah untuk menyelenggarakan pentas seni dan budaya di pelataran Kampoeng Dolanan Nusantara.
Bekerja sama dengan berbagai mitra seperti Channel Z Indonesia, Akar Insula, Ki Sodong Rumah Budaya, serta BLK Kesenian Cokrokertopati Borobudur, MAC UI dan Kampoeng Dolanan Nusantara mengadakan pesta rakyat, pada Jumat malam (15/9). Pesta rakyat ini menampilkan berbagai kesenian daerah, antara lain
Kesenian Rakyat Kubro Siswo Tsani Siswo, Kesenian Jaran Kepang Krida Budaya, Kesenian Gejul Bocah Sanggar Wonosari, Kesenian Gejog Lesung Nglasar Ati, dan Kesenian Musik Angklung.
Dr Al-Zastrouw mengatakan bahwa penyelenggaraan pesta rakyat ini bertujuan untuk mengajak masyarakat turut serta dalam melestarikan kebudayaan nusantara. “Budaya dan kesenian adalah akar dari bangsa dan masyarakat. Sebagaimana sebuah pohon, jika akarnya tercerabut, tentu pohon itu akan tumbang saat luapan air datang. Hal ini sama dengan bangsa kita. Jika kesenian dan tradisi budaya kita lepas, identitas bangsa kita akan ikut hilang digerus budaya asing yang masuk. Oleh karena itu, mari kita kuatkan dan kokohkan akar kesenian kita, agar anak cucu kita tetap bisa mempertahankan identitas bangsa kita,” ujar Dr Al-Zastrouw.
Tak hanya mengadakan pelatihan dan menggelar pesta rakyat, pada program pendampingan ini juga dilaksanakan kegiatan penanaman pohon sebagai upaya membangun ketahanan pangan masyarakat Magelang. Edukasi tentang ketahanan pangan ini juga disampaikan oleh Tim MAC UI kepada masyarakat melalui Pagelaran Kesenian Wayang Kulit Purwa Merti Bumi Nusantara, pada Sabtu malam (16/9).
Pendiri Kampoeng Dolanan Nusantara, Abbet Nugroho, menilai bahwa program pendampingan yang dilakukan UI sangat luar biasa dan membumi. “Ini adalah program yang kami tunggu-tunggu. Saat ini, bukan zamannya kita berjalan sendiri-sendiri. Masyarakat, akademisi, dan pemerintah tidak bisa berjalan sendiri.
Butuh sinergitas dari seluruh pihak untuk membuat program yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada UI dan seluruh pihak yang telah turut serta dalam program pendampingan ini,” kata Abbet.