Universitas Indonesia (UI), Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI), dan Kementerian Riset Dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) menggelar webinar Matchmaking International Collaboration dengan tema “Multidimensional Poverty and Enviromental Sustainability in Indonesia in the Recovery Process from Covid-19” pada Kamis (18/3/2021).

Seminar ini menandai kerja sama antara konsorsium riset universitas di Indonesia dan Oxford University dengan tema Multidimensional Poverty Index (MPI) and Enviromental Sustainability in Indonesia. Konsorsium ini terdiri atas UI, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjajaran, serta kolega Oxford University. Kerja sama ini diharapkan menghasilkan luaran berupa inovasi riset dan properti intelektual yang dapat dipergunakan oleh pemerintah Indonesia dan Inggris.

Menurut Prof Sabina Alkire, Direktur Oxford Poverty and Human Development Initiatives, MPI adalah sebuah konsep pengukuran kemiskinan yang melihat kemiskinan secara lebih luas. Tidak hanya perhitungan pendapatan atau konsumsi suatu negara, tapi juga keterbatasan akses terhadap berbagai kebutuhan dasar kehidupan.

“Selama ini, metode pengukuran kemiskinan hanya berbasis pendapatan atau konsumsi, sedangkan faktor pembentuk kemiskinan itu lebih dari sekadar itu,” ujarnya.

Indikator perhitungan MPI meliputi tiga dimensi, yaitu pendidikan, kesehatan, dan kualitas kehidupan. Ini merupakan sebuah terobosan bagi dunia karena metode ini menggambarkan kemiskinan secara lebih objektif dan holistis. Banyak manfaat yang bisa diberikan MPI bagi sebuah negara, di antaranya sebagai dasar alokasi anggaran bagi program pengentasan kemiskinan, pemetaan masyarakat miskin yang lebih riil, serta sebagai dasar pembentukan kebijakan publik bagi pemerintah.

Kerja sama dalam bidang MPI ini juga turut didukung Kemenristek/BRIN. Dalam sambutannya, Menristek Bambang Brodjonegoro mengatakan, kerja sama yang sifatnya multiyears ini akan mengubah paradigma program penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

“Kemiskinan bukanlah sekadar isu sosial dan ekonomi, ada dimensi yang lebih luas dari itu. Kerja sama ini bisa dibawa ke arah kerja sama dalam dua bidang, yaitu kerja sama inovasi dan teknologi sebagai solusi masalah kesenjangan sosial, dan isu energi terbarukan melalui pola ekonomi daur-ulang atau ekonomi hijau,” ujarnya.

Rektor UI Prof Ari Kuncoro SE MA PhD juga mendukung kerja sama ini. Menurut Prof Ari, kerja sama ini dibutuhkan mengingat kondisi pandemi Covid-19 telah menyebabkan tingkat kemiskinan di Indonesia semakin meningkat.

“Dengan dukungan Kemenristekdikti, bersama-sama, kita kembangkan solusi untuk pemulihan yang berkelanjutan dan hijau bagi Indonesia,” kata Ari.

Panel diskusi pada webinar ini menghadirkan para pakar di bidangnya, antara lain Dr Putu Geniki Lavinia Natih (peneliti di OPHI-Oxford University), Dr Teguh Dartanto (Ketua Klaster Riset Kemiskinan, Perlindungan Sosial dan Ekonomi Pembangunan, FEB UI), Prof Arief Anshori Yusuf (SDG Center Universitas Padjadjaran), Dr Rimawan Pradiptyo (FEB Universitas Gadjah Mada), Dr Masita Dwi Manessa (FMIPA UI), dan Dr Ahmad Gamal (FT UI) selaku moderator.

OPHI adalah sebuah pusat penelitian dan kebijakan ekonomi di Departemen Pembangunan Internasional Oxford University. OPHI didirikan pada 2007 dengan tujuan untuk membuat standar metodologi pengukuran ekonomi yang lebih sistematis dan holistis dalam bidang pengentasan kemiskinan dan memajukan kesejahteraan dunia.