Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) memperingati 100 tahun berdirinya Gedung FKUI Kampus Salemba melalui penyelenggaraan serangkaian webinar yang membahas secara lengkap mengenai pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat di FKUI. Dengan berkolaborasi bersama Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI), Kamis (30/7/2020), FKUI menggelar diskusi panel secara daring bertajuk “Ide dan Kolaborasi UI dalam Membangun Kemandirian Ketahanan Kesehatan Indonesia (Alkes, Obat-obatan dan Vaksin)”.

Diskusi panel 100 tahun Gedung FKUI berdiri
Diskusi panel 100 tahun Gedung FKUI berdiri. (Dok UI)

Para panelis dan pembicara pada peringatan satu abad Gedung FKUI adalah Prof Bambang Brodjonegoro SE MUP PhD (Menristek/Kepala BRIN); Prof Dr dr Nila Djuwita Moeloek SpM(K) (Menkes Periode 2014-2019/Guru Besar FKUI); Prof Dr dr Budi Wiweko SpOG(K) MPH (Wakil Direktur Riset dan Inovasi IMERI FKUI); Drs Sugihadi HW MM (Gakeslab Indonesia); dan moderator Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB (Dekan FKUI).

Menristek mengapresiasi kerja keras FKUI, terutama di bidang alat kesehatan dan terapi. Ia menyampaikan, “Semakin banyak perguruan tinggi yang terlibat menjadi produsen invensi dan inovasi dengan menyesuaikan fakultas yang dimiliki. Seperti UI yang memiliki Fakultas Farmasi, praktis telah terlibat berkontribusi pada pengembangan farmasi negeri. Untuk kemajuan dan kemandirian bangsa, dibutuhkan kolaborasi lintas ilmu agar dapat memenuhi industri alkes dan obat-obatan di Indonesia.”

Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro dalam diskusi 100 tahun gedung fkui
Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro (Menristek/Kepala BRIN) dalam diskusi panel 100 tahun Gedung FKUI berdiri. (Dok UI)

Menristek juga menyebutkan fokus riset kesehatan pada Program Riset dan Inovasi Nasional 2020-2024, yaitu teknologi produksi sediaan obat (berbasis bahan baku alam) dan bahan baku obat dalam negeri untuk penguatan industri farmasi nasional; alat dan instrumentasi kesehatan produksi dalam negeri; serta pengobatan presisi/akurat berbasi genom dan sel punca untuk mengatasi masalah perubahan demografi. Ia juga mendorong mahasiswa maupun lulusan FKUI untuk mencetak startup di bidang biotek/kesehatan/alat kesehatan guna mempercepat ekosistem kemandirian kesehatan dalam negeri.

Prof Budi memaparkan topik teknologi digital dan big data dalam penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran. Setelah 100 tahun gedung FKUI berdiri, aspek teknologi untuk inovasi di bidang kesehatan telah dimanfaatkan.

Prof. Budi Wiweko
Prof. Budi Wiweko dalam Diskusi panel 100 tahun Gedung FKUI berdiri. (Dok UI)

Menurutnya, “Dunia kesehatan dan kedokteran sangat erat kaitannya dengan teknologi. Berbagai platform teknologi dapat menjembatani kedokteran presisi dean pelayanan kesehatan. Kecerdasan buatan bagi klinisi akan meningkatkan kecepatan dan akurasi interpretasi gambar, bagi fasyankes dapat memperbaiki alur kerja dan mengurangi kemungkinan kesalahan, bagi pasien terutama untuk mengolah data kesehatan dirinya yang sangat bermanfaat bagi aspek promotif dan preventif. Teknologi seperti artificial intelligence (AI) ataupun big data tidak akan menggantikan dokter, tapi akan mendukung dokter dalam mengolah data kesehatan dan menghasilkan layanan kesehatan yang lebih baik. Penggunaan kecerdasan buatan dalam memetakan potensi genetik biodiversitas Indonesia sebagai obat. IMERI FKUI bersama IPB telah bersama-sama memetakan 4.800 tanaman di Bank Potensi Genetik Tanaman Indonesia sudah di-mapping potensi genetiknya untuk ketahanan dan kemandirian bangsa.”

Prof Budi juga merekomendasikan, dalam menyiapkan teknologi untuk peningkatan layanan kesehatan, diperlukan dua hal pendukung, yaitu regulasi dan infrastruktur. Pada regulasi dibutuhkan otoritas data kesehatan Indonesia yang mengatur lalu lintas data kesehatan, sedangkan pada infrastruktur dibutuhkan platform teknologi (telemedicine) yang disahkan dan digunakan pemerintah.

Rektor UI Prof. Ari Kuncoro
Rektor UI Prof. Ari Kuncoro dalam Diskusi panel 100 tahun Gedung FKUI berdiri. (Dok UI)

Dalam sambutannya, Rektor UI Prof Ari Kuncoro menuturkan, “Gedung ini telah menjadi ikon kota Jakarta serta telah mencetak lebih dari belasan ribu dokter yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di Indonesia. Gedung FKUI seolah menjadi saksi akan keterlibatan UI di dalam banyak penelitian pengembangan ilmu pengetahuan, salah satunya di bidang kesehatan. UI menjadi salah satu penerima hibah riset dari Menristek/BRIN untuk penanggulangan pandemi Covid-19, sebanyak 20 dari 24 penelitian UI yang diberikan hibah berasal dari FKUI. Diharapkan upaya yang UI lakukan senantiasa dapat mendukung pemerintah di dalam menjawab tantangan bangsa serta menciptakan kemandirian ketahanan kesehatan di Indonesia.”

Prof. Nila Moeloek presentasi
Prof. Nila Moeloek saat menyampaikan paparannya dalam diskusi panel 100 tahun Gedung FKUI berdiri. (Dok UI)

Lebih lanjut, Prof Nila memaparkan topik berkenaan peluang Inovasi Kesehatan di Era Pandemi Covid-19. Ia menguraikan, “Saat ini Indonesia menghadapi tantangan akan ketergantungan bahan baku dan produk impor. Untuk itu, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah membangun farmasi nasional agar produksi bahan baku obat dapat dilakukan secara mandiri atau kerja sama (joint venture). Inovasi produk alkes dan obat mampu menghindari dari potensi jurang kematian. Era pandemi Covid-19 dapat dijadikan sebagai batu loncatan menuju kemandirian nasional melalui kegiatan riset dan inovasi kesehatan yang dilakukan oleh anak bangsa.”

Gedung FKUI kampus Salemba didirikan pada 5 Juli 1920 dan telah satu abad digunakan untuk pendidikan dokter. Gedung dengan desain khas kolonial ini menjadi saksi atas berbagai peristiwa sejarah dan kelahiran tokoh-tokoh penting dalam memperjuangkan kemerdekaan RI.