Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Sidang Terbuka Upacara Pengukuhan Guru Besar (GB) kepada 6 profesor dari Fakultas Kedokteran (FK) dan 2 profesor dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), dipimpin Rektor UI Prof Ari Kuncoro SE MA PhD, Sabtu (14/3/2021). Pengukuhan guru besar ini dilaksanakan secara daring dalam 2 sesi (sesi 1 pukul 09.00-10.30, sesi 2 pada pukul 11.00-12.30).

Pengukuhan guru besar tahun ini dilaksanakan secara hibrida, yaitu perpaduan antara virtual (online) dan luring (offline) di kampus UI Depok dan Salemba, tanpa mengurangi kekhidmatan acara.

Pada sesi pertama, dikukuhkan empat profesor, yaitu Prof dr Elisna Syahruddin PhD SpP(K) sebagai GB Tetap FK UI dengan kepakaran bidang ilmu pulmonologi dan kedokteran respirasi, Prof dr Muchtaruddin Mansyur MS PKK PGDRM SpOk PhD sebagai GB bidang ilmu kedokteran okupasi, Prof Dr Budi Frensidy SE Ak MCom sebagai GB Tetap FEB UI bidang ilmu keuangan dan pasar modal, dan Prof Rofikoh Rokhim SE SIP DEA PhD sebagai GB Tetap bidang ilmu perbankan dan keuangan.

Prof Elisna menjadi GB Tetap UI ke-9 dalam bidang ilmu pulmonologi dan kedokteran respirasi yang diangkat pada 2021. Pada pengukuhan ini Elisna membacakan pidato berjudul “Paradigma Baru Kanker Paru: Sebuah Penyakit Kronik”.

Menurut Prof Elisna, dengan paradigma baru, target pengobatan adalah mengontrol kanker paru. Pendekatan paliatif pada tata laksana pasien kanker paru membuat target optimistis, yaitu target sembuh dalam arti kanker hilang komplit tanpa menjalani pembedahan. Target pengobatan kanker paru stage lanjut adalah dapat mengontrol penyakitnya dan hidup yang berkualitas pada penyintasnya.

“Di hulu (fase inisiasi dan promosi adalah fase sebelum sel kanker terbentuk), kita dapat melakukan penurunan jumlah kasus baru kanker paru dengan mengendalikan faktor-faktor risiko. Satu hal yang pasti, faktor risiko utama kanker paru adalah paparan asap rokok, tetapi ada beberapa faktor risiko lain yang perlu diperhatikan, di antaranya riwayat TB paru, riwayat kanker dalam keluarga, dan paparan zat karsinogen di lingkungan tempat kerja. Di hilir, usaha yang dapat dilakukan adalah untuk meningkatkan angka harapan hidup penderita maka perlu dilakukan deteksi dini,” jelasnya.

Selanjutnya, Prof Muchtaruddin menyampaikan pidato berjudul “Pengarusutamaan Layanan Kesehatan Kerja dengan Penerapan Kedokteran Okupasi untuk Meningkatkan Produktivitas Bangsa”. Ia memaparkan, populasi pekerja di Indonesia dihadapkan beban ganda masalah kesehatan dan tantangan akses layanan kesehatan yang belum merata.

Bonus demografi, lanjut Prof Muchtaruddin,  dapat dimanfaatkan maksimal dengan menciptakan pekerja yang sehat, produktif, dan sejahtera melalui pembangunan manusia dan penguasaan iptek. Hal ini dapat tercapai dengan pengarusutamaan layanan kesehatan kerja yang disinergikan dengan kebijakan kesehatan, ketenagakerjaan, dan keuangan yang menunjang pertumbuhan ekonomi.

“Terselesaikannya masalah kesehatan pekerja merupakan komponen besar pendekatan untuk tercapainya pembangunan bangsa yang produktif. Penguatan layanan kesehatan kerja dapat terus diupayakan melalui pendidikan publik, peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan layanan kesehatan kerja, pengembangan praktik kedokteran okupasi berbasis penelitian, dan penguatan regulasi dan advokasi,” ujar Prof Muchtaruddin.

Prof Budi Frensidy menyampaikan pidato berjudul “Cerdas Finansial Berbekal Matematika Keuangan”. Ia mengatakan bahwa mahasiswa ilmu ekonomi, sekolah bisnis dan akuntansi perlu dibekali konsep matematika ekonomi, seperti marginal, elastisitas, turunan dan diferensial, matriks dan sistem persamaan linier, dan optimisasi.

“Matematika ini membekali mahasiswa dengan logika dan kecerdasan finansial untuk menilai aset, membongkar trik bank, menghitung bunga efektif, menyusun skedul angsuran, dan melakukan perencanaan keuangan mandiri. Keahlian ini diperlukan untuk mempelajari manajemen keuangan, akuntansi keuangan, investasi, dan valuasi. Berbekal matematika keuangan, lulusan bisnis dan akuntansi tidak hanya melek keuangan, tetapi juga akan menjadi cerdas finansial,” terang Prof Budi.

Selanjutnya, Prof Rofikoh memaparkan pidatonya berjudul “Perbankan dan Keuangan Sosial: Aspek Berkelanjutan untuk Kesejahteraan”. Menurut Prof Rofikoh, beberapa hal yang dapat diperkuat pada masa mendatang untuk mewujudkan perbankan dan keuangan yang berkelanjutan dan memiliki dampak sosial adalah peranan dari praktisi perbankan dan lembaga keuangan untuk menciptakan instrumen atau produk yang inovatif dengan memanfaatkan teknologi, sehingga produk keuangan dapat menjangkau semua nasabah dan mengemat biaya administrasi yang harus ditanggung nasabah.

Pada akhirnya, untuk dapat mendorong demokrasi dalam bentuk percepatan inklusi keuangan dan membawa manfaat ekonomi dan sosial yang lebih besar. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah peranan Tri Dharma dunia akademik dengan karya ilmiah, pengabdian masyarakat, dan pengajaran.

Rektor UI memimpin pengukuhan ini dengan dihadiri Ketua Dewan Guru Besar (DGB) Prof Dr Harkristuti Harkrisnowo SH MA PhD beserta sekretaris dan anggota guru besar UI lainnya, Ketua Senat Akademik (SA) Prof Nachrowi Djalal Nachrowi MSc MPHil PhD dan sekretaris, para Wakil Rektor, Sekretaris Universitas, para Dekan Fakultas, Direktur Sekolah, Direktur Program Vokasi, para wakil Dekan/Direktur, Direktur/Kepala Kantor/Kepala UPT di lingkungan Pusat Administrasi Universitas, beberapa Menteri Kabinet Indonesia Maju, perwakilan guru besar tamu dari UGM, UNS, serta para tamu undangan.

Pada sesi kedua dikukuhkan empat profesor FK UI lainnya, yakni Prof Dr dr Pustika Amalia Wahidiyat SpA(K) sebagai Guru Besar Tetap FK UI dengan kepakaran bidang ilmu kesehatan anak, Prof Dr dr Rinawati Rohsiswatmo SpA(K) sebagai Guru Besar Tetap bidang ilmu kesehatan anak, Prof Dr dr Pramita Gayatri SpA(K) sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Gastrohepatologi Anak, dan Prof Dr dr Aman Bhakti Pulungan SpA(K) FAAP FRCPI (Hon) sebagai Guru Besar bidang ilmu kesehatan anak.