Singapore Management University (SMU) menghadirkan Mendikbud RI Nadiem Makarim, sebagai pembicara utama pada Industry Leaders Dialogue, Kamis (1/10/2020). Dialog yang diselenggarakan oleh SMU, Dewan Penasihat Internasional SMU Indonesia, dan Cabang Alumni SMU Indonesia, mengangkat tema “Masa Depan Pendidikan Tinggi di Era Pasca Covid-19”.

Mendikbud Nadiem berdiskusi dengan Presiden SMU Prof Lily Kong dan berbagi visi serta rencana untuk pendidikan tinggi di Indonesia. Mendikbud juga memberi pemaparan tentang merekonstruksi pendidikan di Indonesia usai pandemi. Ia juga menjawab pertanyaan dari peserta dialog dalam sesi tanya jawab yang dimoderatori Prof Kong.

“Kolaborasi yang erat antara sektor swasta dan pemerintah diperlukan untuk mendorong inovasi, menumbuhkan ekonomi kita, dan menciptakan keberlanjutan dalam dunia yang terus berubah. Kolaborasi ini tidak bisa dibatasi oleh batas negara, tetapi harus lintas batas, seperti kolaborasi yang terjadi antara Singapura dan Indonesia,” kata Nadiem.

SMU, lanjut Nadiem, memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan dan inovasi di masyarakat kita. Penandatanganan MoU hari ini tidak hanya akan memberikan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk mengakses pendidikan kelas dunia, tetapi juga menjadi tolok ukur bagi perguruan tinggi lokal lainnya untuk bekerja sama dengan institusi global.

Prof Kong menambahkan, tujuan mereka adalah menjadi pusat pendidikan dan ide, tempat para calon siswa berkompeten ditempa dengan baik untuk meraih masa depan mereka. “Kita harus menjadi tempat inovasi dan ide, yaitu ‘industri’ ingin bermitra dengan kita karena kita memiliki komunitas dengan kualitas pikiran yang menghasilkan ide dan solusi, yang perusahaan regional juga mencari kita untuk pengembangan eksekutif, pelatihan, serta peningkatan keterampilan mereka.”

Industry Leaders Dialogue menjadi salah satu rangkaian agenda besar yang dipimpin pendiri dan Chairman of Emtek Eddy Sariaatmadja. Eddy juga menjadi Ketua Dewan Penasihat Internasional SMU Indonesia. Didirikan pada April 2018, dewan ini bertujuan untuk memperkuat dan memperdalam kolaborasi dan keterlibatan SMU dengan pemerintah, akademisi, dan komunitas bisnis di Indonesia.

Perjanjian kerja sama

Mendikbud Nadiem juga menyaksikan penandatanganan nota kerja sama (MoU) antara SMU dan Universitas Indonesia (UI), serta antara SMU dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dengan penandatanganan MoU tersebut, SMU telah menjalin kerja sama akademik dengan tiga perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Pertama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2015.

Prof Kong mengatakan, “MoU baru tentang kerja sama akademik dengan UI dan ITB menggarisbawahi minat dan komitmen bersama dari SMU dan dua mitra kami di Indonesia untuk mengembangkan generasi baru warga negara yang siap global dan bertanggung jawab untuk Singapura dan Indonesia melalui kolaborasi pendidikan. Dalam hal penelitian, kami berharap dapat mengeksplorasi potensi kolaborasi di tiga bidang prioritas strategis transformasi digital, hidup berkelanjutan, dan pertumbuhan di Asia.”

MoU ini, lanjut Prof Kong, mengikuti MoU sebelumnya yang telah ditandatangani SMU dengan UGM untuk pertukaran dosen, staf, dan mahasiswa dari kedua universitas, serta pengembangan bersama mata kuliah experiential learning SMU-X di luar negeri. SMU selanjutnya ingin mengeksplorasi dan mengembangkan pengaturan kolaboratif serupa dengan UI dan ITB.

Rektor UI Profesor Ari Kuncoro menjelaskan, “Untuk mempererat hubungan dan kerja sama antarlembaga di bidang pendidikan, penelitian, dan program kurikulum, UI berharap dapat bekerja sama dengan SMU dalam hal program pertukaran pelajar, beasiswa, magang mahasiswa, konferensi bersama, dan kolaborasi penelitian.”

UI, terang Prof Ari, berharap dengan penandatanganan MoU ini dapat semakin mempererat hubungan dengan SMU. Dengan demikian bisa belajar dan mendapat manfaat dari hubungan yang saling menguntungkan ini.

Rektor ITB Prof Reini Wirahadikusumah mengungkapkan, “Dengan semangat silaturahmi dan profesionalisme, kami berharap dapat bekerja sama dengan SMU untuk menciptakan inisiatif bersama yang konkret. Pertukaran pelajar, magang, program gelar ganda adalah beberapa contohnya. Baik ITB maupun SMU, memiliki program yang kuat dalam bisnis, manajemen, dan sistem informasi. ”

Adapun Rektor UGM Prof Panut Mulyono mengatakan, acara ini merupakan pertemuan, tidak hanya dua tetangga tapi juga dua sahabat: Indonesia dan Singapura. Kolaborasi antara institusi Indonesia dan Singapura telah menjadi tradisi yang panjang. Keduanya merupakan negara penting di kawasan yang berkepentingan untuk menjadi hub di Asia Tenggara untuk kepentingan masing-masing.

Bagi UGM, ujar Prof Panut, SMU punya tempat khusus. “Merupakan suatu kehormatan bagi UGM untuk menjadi universitas mitra SMU pertama di Indonesia. Kami senang kemitraan kami hidup dan produktif. Kami baru saja melakukan program jangka pendek yang disesuaikan. Kami memiliki program pembelajaran pengalaman SMU-XO dan misi studi fakultas. Program-program tersebut telah meningkatkan pemahaman dan keterlibatan antara mahasiswa dan fakultas di universitas kami. Rupanya, hubungan baik kita sekarang berkembang.”

MoU dengan UI dan ITB bertujuan untuk memfasilitasi kolaborasi akademik baru dan untuk mempromosikan pemahaman budaya antara SMU dan kedua universitas. MoU akan memfasilitasi pertukaran mahasiswa, fakultas, dan sumber daya pendidikan antara SMU dan masing-masing universitas, serta penelitian bersama.

SMU sedang dalam diskusi awal dengan UI dan ITB tentang peluncuran program bersama, serta memungkinkan keterlibatan mahasiswa dan fakultas dalam 12 bulan ke depan.

Lebih dari 8.000 peserta menghadiri dialog virtual ini. Mereka berasal dari kalangan bisnis, pemerintah, pemimpin akademis, mahasiswa, dan komunitas dari Indonesia dan Singapura. Termasuk Dubes RI untuk Singapura Suryopratomo dan Dubes Singapura untuk Republik Indonesia Anil Nayar. Selain itu, Pimpinan SMU Ho Kwon Ping serta manajemen senior SMU dan alumni SMU di Indonesia.