Tim Pengabdian Masyarakat (pengmas) Multidisiplin Universitas Indonesia (UI) menggelar serial workshop virtual tentang budidaya lebah, pengolahan sampah organik dan anorganik, serta manajemen pemasaran dan kualitas pelayanan.

Para pengabdi terdiri atas tiga dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UI), yaitu Dr Astari Dwiranti, Dr Ratna Yuniati, Afiatry Putrika MSi; tiga dosen Fakultas Teknik (FTUI), yakni Dr M Sahlan, Dr Kenny Lischer, Dr Apriliana Cahya K; serta Prof Amy Yayuk S dan Nidaan K MSos dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA UI).

Tim Pengmas Multidisiplin UI
Tim Pengmas Multidisiplin UI

Dalam kegiatan ini, tim tersebut disertai asisten serta delapan mahasiswa lintas fakultas, bekerja sama dengan praktisi dari komunitas 3bee (Jeffry Lesmana, Yogi Hutomo) dan Holistika Institute.

Peserta workshop berasal dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi, pegawai Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, hingga praktisi dan masyarakat umum dari berbagai daerah di Indonesia. Meliputi Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Kalimantan, hingga Papua.

Astari Dwiranti yang juga Ketua Tim Pengmas Multidisiplin UI mengungkapkan, program pengmas ini dilaksanakan untuk mengedukasi masyarakat. Ke depannya, diharapkan dapat menunjang ekonomi rumah tangga yang berkelanjutan terutama dalam kondisi pandemi seperti sekarang.

“Meskipun dalam kondisi pandemi, kegiatan pengabdian ini tetap dilakukan untuk membawa manfaat bagi masyarakat. Kami bersyukur bahwa dengan kegiatan daring ini, workshop dapat diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat. Materi yang disampaikan sangat komprehensif sehingga para peserta memiliki pemahaman terkait teknis budi daya lebah dan pengolahan sampah,” ujar Astari.

M Sahlan menambahkan, pada masa pandemi ini, berbagai aktivitas dilakukan di rumah, hobi-hobi yang baru juga bermunculan, seperti bersepeda dan bercocok tanam. Dalam kegiatan ini, tim pengmas UI menawarkan konsep urban bee, memanfaatkan lebah tidak bersengat yang cocok di daerah perkotaan.

“Kami berharap masyarakat Indonesia meskipun banyak di rumah, tetap masih produktif,” kata Sahlan.

Serial workshop dibagi menjadi delapan sesi. Sesi pertama hingga kelima diberikan materi budi daya lebah hingga produk-produknya, termasuk madu, pollen, fermented pollen, royal jelly, venom, beeswax, propolis, dan sebagainya.

Pada sesi pengolahan sampah, peserta diajari untuk mengolah sampah organik yang dapat menghasilkan pupuk, eco-enzyme, mikroorganisme lokal, pakan ternak, dan lain-lain. Demikian pula, sampah anorganik dapat diolah menjadi berbagai produk yang bermanfaat, seperti berbagai kreasi, bahkan dapat menghasilkan paving block.

Serial workshop yang diselenggarakan pada 10 Oktober–7 November 2020 tersebut ditutup dengan topik pemasaran dan kualitas pelayanan. Prof Amy Yayuk mengungkapkan, bidang usaha apa pun pasti terkait dengan aspek pemasaran serta kualitas pelayanan (servqual).

“Pada era pandemi Covid-19 ini, baik pemasaran maupun servqual, mengalami perubahan dalam implementasinya dan beradaptasi dengan teknologi komunikasi, seperti digital marketing dan e-servqual. Usaha produk lebah maupun sampah tak bisa lagi dipasarkan secara face-to face ke pelanggan melainkan secara digital, dengan memanfaatkan media sosial seperti WA, IG, FB, dan sebagainya,” ujar Prof Amy.

Tim berharap agar serial workshop ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya di sekitar melalui kegiatan budi daya lebah dan pengolahan sampah yang berkesinambungan. Ke depannya, program pengmas ini dapat menjadi model yang dapat diduplikasi di tempat lain, sesuai temanya, lebah dan sampah membawa berkah.