Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UI) berkolaborasi dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menggelar Seminar Keselamatan Nuklir 2020 bertajuk “Inovasi untuk Mendukung Keselamatan dan Keamanan Nuklir Menuju SDM Indonesia yang Maju dan Unggul” (Innovations to Support Nuclear Safety and Security for Advanced Human Resources and Excellent Indonesia).

Seminar yang diselenggarakan pada Senin (26/10/2020) secara virtual tersebut disaksikan lebih kurang 300 peserta. Acara seminar dibuka oleh Kepala Bapeten Prof Dr Jazi Eko Istiyanto MSc IPU ASEAN Eng, dan Rektor UI Prof Ari Kuncoro SE MA PhD. Turut hadir pula Wakil Rektor UI Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof Dr rer nat Abdul Haris; Dekan FMIPA UI Dr Rokhmatuloh SSi MEng; dan Guru Besar Fisika FMIPA UI Prof Djarwani S Soeyoko.

Kepala BAPETEN Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc. IPU, ASEAN Eng

Kerja sama UI dan Bapeten memiliki peran yang sangat penting dari sisi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penyediaan SDM, khususnya dalam mendukung pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia. Dalam sambutannya, Rektor UI Prof Ari mengatakan, seminar ini diharapkan dapat menjadi forum diskusi ilmiah dan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang pengawasan pemanfaatan ketenaganukliran.

“Peluang kolaborasi UI-Bapeten yang diusung dapat berkisar seputar pengembangan SDM di bidang pengawasan tenaga nuklir; pemberdayaan tenaga ahli yang dimiliki UI dan Bapeten; dan pemanfaatan hasil kajian/penelitian yang mendukung pengawasan ketenaganukliran,” kata Prof Ari.

Rektor UI Prof. Ari Kuncoro, S.E, M.A, Ph.D (1)

Dalam seminar tersebut, dipaparkan tiga topik besar, yakni berkenaan “Implementing Radiation Safety Standards in Medicine during Normal Times as well as during The Covid-19 Pandemic” oleh Dr Ola Holmberg PhD dari IAEA (International Atomic Energy Agency). Berikutnya, topik “The Influence of COVID-19 Pandemic on Nuclear Surveillance Activities by BAPETEN” oleh Kepala BAPETEN. Terakhir, topik “Science and Technology Globalization (Thought and Reflection)” oleh Prof Djarwani S Soeyoko.

Pada kesempatan tersebut, Prof Jazi mengatakan, tenaga nuklir dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, tetapi pada sisi yang lain mempunyai risiko bila tidak dilakukan pengawasan dengan baik. Untuk itu, dalam upaya mengurangi terjadinya potensi risiko tersebut, diperlukan pengawasan yang ketat dengan berdasar pada aspek safety, security, dan safeguards atau 3S.

Ilmu pengetahuan dan teknologi tentang pemanfaatan tenaga nuklir memberikan peluang berarti bagi masyarakat, seperti pemanfaatan tenaga nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik di masa yang akan datang. Yang pada akhirnya diharapkan dapat mencapai kesejahteraan dan kemandirian energi pada bangsa Indonesia.

“Untuk itu, kolaborasi dengan perguruan tinggi, salah satunya UI menjadi hal strategis. Diharapkan peran lebih aktif dari pemikir-pemikir ilmiah di bidang nuklir akan meningkat secara proporsional dengan peran kepakaran di semua bidang,” terang Prof Jazi.

Penyelenggaraan seminar di bidang pengawasan ketenaganukliran menjadi salah satu sarana meningkatkan peran akademisi, pakar, dan publik tersebut. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengawasan ketenaganukliran yang sinergi dengan perkembangan global sehingga  keikutsertaan dari pihak dalam dan luar negeri yang terkait dengan keselamatan nuklir menjadi sangat penting.

Wakil Rektor UI bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris

Wakil Rektor UI Prof Haris menambahkan, dukungan akademisi dapat memperkuat fungsi pengawasan yang dijalankan Bapeten. Sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan, UI memiliki tiga rumpun keilmuan, yaitu sains teknologi, kesehatan, dan sosial humaniora.

“Dengan demikian, hasil coverage pada kajian dan rekomendasi yang dihasilkan UI dapat komprehensif. Kami berpengalaman mengelaborasi ketiga rumpun ilmu tersebut untuk menjawab, memberikan solusi atas tantangan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah,” pungkasnya.